Pembelian Solar Subsidi di Garut Dibatasi

Rabu, 13 November 2019 – 23:08 WIB
Kendaraan mengantre di SPBU di Jalan Jenderal Sudirman, Kabupaten Garut, Rabu (13/11). Foto: Feri Purnama/Antara

jpnn.com, GARUT - Pengusaha angkutan barang dan penumpang di Kabupaten Garut, Jawa Barat, mengeluhkan pembatasan pembelian bahan bakar solar bersubsidi sehingga banyak kendaraan tidak beroperasi.

"Kami harap pembatasan solar ini dapat dikaji lagi, terutama untuk kendaraan angkutan barang," kata pengusaha angkutan truk pasir Sigit, Rabu (13/11).

BACA JUGA: Subsidi Solar Bikin APBN Bengkak

Dia menuturkan, SPBU di Garut membatasi pembelian solar bersubsidi hanya Rp 100 ribu sejak sepekan, akibatnya pemilik kendaraan angkutan barang harus membeli solar nonsubsidi atau jenis dexlite.

"Harga solar nonsubsidi dua kali lipat lebih mahal dari solar bersubsidi," katanya.

BACA JUGA: Subsidi Solar Mulai Berlaku Tahun Ini

Ia mengatakan, harga solar jenis dexlite Rp 10.200 per liter, sementara bio solar harganya lebih murah yakni Rp 5.150 per liter, sehingga pengusaha harus mengeluarkan biaya operasional BBM lebih besar.

Ia mengungkapkan, setiap hari kebutuhan solar untuk satu truk sebesar Rp 200 ribu sampai Rp 250 ribu, namun karena harus membeli solar jenis dexlite pengeluaran menjadi Rp 500 ribuan per hari.

"Sekarang untuk pembelian bahan bakar solar jadi Rp 500 ribu untuk kebutuhan pengiriman barang di dalam kota Garut," katanya.

Keluhan sama tentang pembatasan solar di Garut diungkapkan juga oleh Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kabupaten Garu, Yudi Nurcahyadi.

Menurut Yudi, pembatasan pembelian solar itu ternyata hanya terjadi di Garut dan daerah Priangan Timur yakni Tasikmalaya, Ciamis, Banjar dan Pangandaran, sedangkan daerah lain di Jabar tidak dibatasi.

"Kami belum mendapatkan jawaban pasti mengenai kekurangan BBM dan kenapa harus Priangan Timur, di kota kabupaten lain tidak ada pembatasan," katanya.

Ia menambahkan, dampak pengurangan bahan bakar jenis solar itu membuat pengusaha angkutan harus menghentikan operasi beberapa kendaraannya karena tidak cukupnya stok solar.

"Karena dibatasi jadi operasional juga terbatas, ini sudah mengkhawatirkan," kata Yudi. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler