jpnn.com - JAKARTA - Pemerintah terus memberikan kemudahan bagi PT Freeport Indonesia (FI). Setelah memperpanjang izin ekspor, kini giliran soal smelter.
Perusahaan asal Amerika Serikat (AS) itu "lolos" dari kewajiban membangun smelter di Papua. Sebagai gantinya, pemerintah daerah (Pemda) Papua yang membangun pabrik pengolahan dan pemurnian.
BACA JUGA: Mulai 1 April, Jadwal KAI Berubah
Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Minerba) Kementerian ESDM R. Sukhyar mengatakan, banyak perubahan setelah pihak kementerian mengunjungi Papua. Salah satunya, kewajiban bagi PT FI berubah menjadi pemasok konsentrat. "Yang melakukan pemurnian nanti BUMD, kerja sama dengan Tiongkok," ujarnya, Selasa (17/2).
Pihak Tiongkok yang dimaksud oleh lulusan Teknik Geologi ITB itu adalah investor. Namun, sampai saat ini dia mengaku belum tahu pasti siapa investor tersebut. Yang pasti, sudah ada klaim bakal ada pembangunan pembangkit gas sampai 60 MW. Sisanya, di suplai dari PLTA.
BACA JUGA: KAI Kantongi Surat Pelimpahan Garap Jalur Tanjung Priok
Perusahaan yang dipimpin Maroef Sjamsoeddin itu disebutnya tidak bisa membangun smelter di Papua karena masalah ekonomi. Pemerintah lantas mencari jalan supaya Freeport tetap memberikan kontribusi bagi Papua.
"Freeport itu isu ekonomi. Tetap ditempatkan dalam konteks pembangunan Papua," terangnya.
BACA JUGA: SPPBE 3 Kg Terancam Berhenti Beroperasi
Lantaran sudah tidak menggantungkan pada Freeport, ada grand design di Timika. Pemda setempat sudah menyiapkan rencana pembangunan kawasan industri. Selain smelter, nanti Timika bakal punya pabrik Petrokimia, sampai semen. Dari hitungan Gubernur Papua Lukas Enember, investasi awal mencapai Rp 2 triliun
Ditemui terpisah, Menteri ESDM Sudirman Said memastikan kewajiban PT FI untuk membangun smelter di Gresik tidak gugur. Apalagi, manajemen sudah menyampaikan komitmennya dalam pertemuan belum lama ini. "Yang penting aspirasi masyarakat Papua sudah ditunaikan dengan cara seperti itu," ujarnya.
Di Gresik, rencananya Freeport membangun smelter dengan kapasitas 500 ribu ton tembaga katoda. Berarti, butuh bahan baku sampai 2 juta ton konsentrat tembaga. Sudirman juga mengingatkan, nanti secara nasional akan mencapai 4juta- 4,5 juta ton per tahun.
Mantan Dirut PT Pindad itu mengaku belum tahu investor mana yang akan diajak kerja sama oleh Pemda Papua. Dia hanya berharap pemda bisa mencari dan menyeleksi mitra yang baik. "Komitmen pemda menyiapkan smelter bersama dengan investor," imbuhnya.
Sedangkan Presiden Direktur PT FI Maroef Sjamsoeddin menegaskan pihaknya siap memanfaatkan smelter yang dibangun Pemda Papua nanti. Dia juga tidak keberatan kalau ada perjanjian atau kontrak business to business.
"Siapa pun yang diberi tugas membangun smelter di Papua, kami siap memasok konsentrat yang akan dimurnikan," katanya seperti dikutip dari situs Kementerian ESDM.(dim/tia)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Baju Impor Ilegal Rp 22 Triliun per Tahun
Redaktur : Tim Redaksi