Annie Cao berharap ia bisa menjadi penduduk tetap, atau PR, di Australia karena sudah bekerja di garda terdepan saat pandemi COVID-19.
Sebagai 'nurse' atau perawat di Australia, perempuan berusia 24 tahun sudah merawat pasien COVID-19 di unit darurat sampai membantu pencegahan penularan di ruang penyembuhan.
BACA JUGA: Permanent Resident Jadi Alasan Australia Masih Menarik di Mata Mahasiswa Internasional
Annie, lulusan Australia, mengaku bekerja tanpa lelah melawan ketakutan dan kekhawatiran selama pandemi.
Belum lagi dia juga memiliki cedera punggung yang sudah lama ia rasakan.
BACA JUGA: Jokowi Ingin Mengubah Kultur Konflik Menjadi Perdamaian di ASEAN
Namun ada satu hal yang masih membebani pikirannya selama dua tahun terakhir: ia harus meninggalkan Australia di tahun 2023 ketika visa sementaranya akan berakhir.
Annie mendapatkan jenis 'graduate visa', yang memberikan kesempatan lulusan Australia untuk mendapat pengalaman bekerja.
BACA JUGA: Warga yang Ingin Kembali ke Australia Diberitahu Jika Menerima Vaksin Campuran Belum Bisa Masuk
"Kadang saya menangis di malam hari memikirkan kemungkinan harus meninggalkan Australia," kata Annie yang lahir di Shanghai dan dibesarkan di Taiwan dan Macau.
"Waktu terus bergerak. Kadang merasa putus asa di malam hari karena saya tidak bisa merencanakan hidup saya dengan visa yang masih sementara."
Annie mengatakan Melbourne sudah menjadi rumahnya yang kedua, karena dia sudah tinggal di ibu kota negara bagian Victoria ini lebih dari delapan tahun.
Annie adalah satu dari 11.200 orang yang menandatangani sebuah petisi agar pemegang visa sementara yang sudah banyak membantu selama pandemi diberikan kemudahan untuk bisa menjadi PR.
Petisi tersebut mengatakan banyak pemegang visa sementara, yang bekerja di rumah sakit, pusat perawatan lansia, supermarket dan tempat pengasuah bayi dan anak-anak, mulai kehilangan harapan bisa menetap di Australia akibat masa berlaku visa yang hampir habis.
"Perdana Menteri Scott Morrison dan Pemerintah Australia baru-baru ini mengakui bahwa migrasi merupakan hal yang penting bagi pemulihan ekonomi setelah pandemi," kata petisi tersebut.
"Sekarang waktunya untuk menjadikan pernyataan tersebut menjadi tindakan nyata." Kebijakan migrasi yang berbeda di negara lain
Bulan lalu Selandia Baru mengumumkan jalur baru untuk mendapatkan status penduduk tetap bagi 165 ribu pemegang visa sementara yang tinggal di negaranya selama pandemi COVID-19.
Dengan nama '2021 Residency Visa', program ini akan memberikan jalan bagi sekitar 110 ribu pekerja pemegang visa sementara dan 55 ribu anggota keluarga mereka.
Kebijakan itu muncul setelah partai politik dan kelompok bisnis di Selandia baru khawatir akan kehilangan pekerja terampil saat angka pengangguran rendah.
Kebijakan yang sama juga sudah diterapkan di Kanada.
Menurut data resmi Pemerintah Kanada, negaranya sudah memberikan lebih dari 200 ribu pemegang visa sementara menjadi warga tetap di akhir bulan Agustus.
Mereka rencananya ingin memiliki 401 ribu warga baru, salah satu upayanya adalah memperluas syarat pemegang visa sementara yang bekerja di sektor penting untuk bisa jadi penduduk tetap. Bagaimana dengan Australia?
Pemerintah Australia sebenarnya sudah memberlakukan beberapa kebijakan, termasuk visa khusus saat pandemi COVID-19 yang memungkinkan pemegang visa sementara untuk memperpanjang visa mereka.
Dalam pernyataan kepada ABC, juru bicara Departemen Dalam Negeri Australia mengatakan Pemerintah Australia sudah bekerja sama dengan beberapa industri untuk memberikan lebih banyak kelonggaran terkait syarat dan kondisi visa.
"Ada sejumlah pemegang visa sementara di Australia yang memiliki ketrampilan tinggi yang sangat dibutuhkan di bidang kesehatan, perawatan lansia, pertanian dan bidang layanan lain," kata juru bicara tersebut kepada ABC.
"Pemerintah Australia mengakui hal tersebut dan berterimakasih kepada pemegang visa sementara yang tetap berada di Australia dan memberikan kontribusi dalam penanganan COVID-19, khususnya di sektor layanan kesehatan."
"Para pemegang visa sementara yang membantu Australia dalam menangani pandemi didorong untuk melihat pilihan yang tersedia untuk bisa tinggal di sini."
Kirk Yan seorang agen migrasi di Melbourne yang mengorganisir petisi kepada Pemerintah Australia mengatakan perubahan kebijakan akan sangat membantu mereka yang sudah berada di Australia saat ini, seperti Annie.
"Mereka sudah memberikan kontribusi luar biasa besar selama pandemi dan berharap pemerintah bisa memperbaiki kebijakan untuk melihat jasa mereka," kata Kirk.
"Kami hanya ingin menjelaskan migran baru ini tidak akan mencuri pekerjaan dari warga Australia. Mereka hanya mengisi kekosongan di pekerjaan dimana warga Australia tidak mau melakukannya." Kesulitan mendapat pekerja
Seorang pengusaha di Melbourn, Zank Hu memiliki empat hotel sebelum pandemi COVID-19.
Akibat 'lockdown' keenam, ia harus menutup dua hotelnya.
Salah satu properti milik Zank di pusat kota Melbourne digunakan sebagai hotel karantina bagi pekerja medis dan polisi yang positif tertular COVID-19 saat bertugas.
Zank mengatakan hampir semua 20 orang staf yang bekerja di hotelnya adalah pemegang visa sementara, karena ia kesulitan menemukan pekerja dari kalangan warga lokal.
"Tidak seorang pun yang mau bekerja di hotel karantina. Kami sangat kekurangan pekerja," katanya kepada ABC.
Zank sendiri bahkan harus bekerja mengantarkan makanan dan minuman kepada mereka yang menjalani karantina.
Annie juga melihat kondisi yang sama di rumah sakit, sehingga beban kerja perawat malah semakin besar.
"Tentunya kita tidak mencuri pekerjaan siapa pun," ujarnya.
ABC sudah menghubungi Departemen Dalam Negeri Australia untuk mendapat komentar lanjutan.
Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News
BACA ARTIKEL LAINNYA... Susul Amerika, Rival China Ini Juga Berjanji Tambah Dolar untuk ASEAN