Mereka yang mendapat vaksin COVID-19 yang berbeda untuk dosis pertama dan kedua masih bingung apakah akan bisa kembali ke Australia atau tidak.
Inilah yang dialami oleh Tim dan Sharyn Nilsen, warga Australia yang berada di Vietnam dan sudah membeli tiket untuk kembali ke Australia.
BACA JUGA: Prospek Industri Properti Diprediksi Makin Cerah
Pasangan yang sudah dua tahun tinggal di Vietnam ini mendapatkan AstraZeneca untuk vaksin dosis pertama dan Pfizer untuk dosis kedua.
Kepada ABC Radio Brisbane, Sharyn mengatakan mereka mendapatkan dua jenis vaksin yang berbeda karena masalah pasokan vaksin di Vietnam.
BACA JUGA: Susul Amerika, Rival China Ini Juga Berjanji Tambah Dolar untuk ASEAN
Sharyn dan suaminya juga memutuskan untuk mendapat vaksin yang berbeda karena penularan COVID-19 di Vietnam saat itu sedang tinggi, terutama di Ho Chi Min City, kota tempat mereka tinggal, dengan ribuan kasus setiap harinya. Dosis berbeda, pesan berbeda
Ketika Pemerintah Australia mengumumkan perbatasan internasional akan dibuka kembali, Sharyn melakukan pengecekan di situs Services Australia dan kantor kedutaan Australia di Vietnam mengenai sertifikat vaksinasi.
BACA JUGA: Mahasiswa Internasional Akan Kembali Masuk ke Queensland Awal Tahun 2022
Kedutaan mengatakan kepadanya jika mendapatkan dua merk vaksin yang berbeda diperbolehkan, sepanjang vaksin sudah diakui di Asutralia.
Karenanya Sharyn kemudian membeli tiket pesawat untuk kembali ke Australia untuk mengunjungi keluarganya, yang tinggal di pedalaman New South Wales.
"Saya memesan dan sudah membayar tiket hari Rabu lalu," ujarnya.
"Hari Kamis saya memberitahu ibu saya dan tentu saja dia senang sekali," kata Sharyn yang sudah tidak bertemu dengan keluarganya selama dua tahun.
Namun hari Jumat dia mendapatkan informasi terbaru dari kantor kedutaan Australia bahwa aturan terus berubah.
Mereka yang mendapat vaksin berbeda untuk dosis pertama dan kedua akan dianggap sebagai "belum divaksinasi".
Sehari kemudian, maskapai penerbangan Singapore Airlines juga memberitahu Sharyn jika penerbangan mereka sekarang dikhususkan bagi "Penumpang Yang Memenuhi Syarat Saja", dan mereka yang mendapat vaksin campuran tidak diakui.
"Pemerintah Australia sudah dengan semangat mengatakan 'warga Australia akan bisa kembali lagi'," kata Sharyn.
"Kenyataannya tidak begitu, mereka sekarang memberi pengecualian bagi sejumlah orang yang sebenarnya sudah mendapatkan vaksinasi penuh."
Maskapai penerbangan Singapore Airlines, Scoot dan Vietnam Airlines sekarang sudah membuat pernyataan di situsnya bahwa mereka yang mendapatkan vaksin berbeda untuk dosis pertama dan kedua, untuk saat ini belum diakui.
Beberapa negara, seperti Kanada, Spanyol, dan Korea Selatan sejauh ini sudah mengakui mereka yang mendapatkan vaksin campuran, sehingga bisa masuk ke negaranya.
Walau tidak mendorong vaksinasi campuran untuk dosis pertama dan kedua, Pusat Pencegahan dan Pengawasan Penyakit Amerika Serikat (CDC) baru-baru ini memperbarui petunjuk yang mengatakan mereka yang mendapatkan vaksin campuran yang sudah diakui oleh Amerika Serikat dan WHO, bisa diterima untuk masuk ke negaranya. Perbedaan mengenai vaksin campuran
Katherine O'Brien, Direktur Departemen Imunisasi dan Vaksin WHO baru-baru ini mengatakan ada bukti yang menunjukkan campuran antara vaksin AstraZeneca dengan vaksin MRNA lainnya, seperti Pfizer atau Moderna, bisa menghasilkan tingkat kekebalan tubuh yang kuat.
Namun di Australia, Rod Pearce, kepala Koalisi Imunisasi mengatakan masih sangat sedikit penelitian soal tingkat efikasi dan keamanan mencampurkan dua vaksin berbeda.
Direktur bidang penyakit menular di Rumah Sakit Mater di Brisbane, Paul Griffin, mengatakan pihak berwenang harus mempertimbangkan apakah masalah pencampuran vaksin ini bisa disetujui.
"Sudah ada beberapa percobaan klinis," katanya.
"Jumlahnya memang masih kecil namun dalam uji coba campuran vaksin menunjukkan adanya peningkatan perlindungan."
Badan di Australia yang merekomendasikan penggunaan obat-obatan, ATAGI, mengatakan hal terbaik saat ini adalah menggunakan dua dosis vaksin dari merek yang sama.
"Data mengenai campuran vaksin mulai muncul, namun penelitian lebih banyak dan lebih lama masih diperlukan untuk mengetahui keamanan cara tersebut," kata seorang juru bicara ATAGI.
"Mereka yang tidak memenuhi persyaratan sebagai divaksinasi penuh tetap bisa melakukan perjalanan, namun masuk dalam kategori belum divaksinasi.
Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News
Yuk, Simak Juga Video ini!
BACA ARTIKEL LAINNYA... Simak Kabar Baik dari Wagub DKI Riza Patria, Alhamdulillah