jpnn.com, SURABAYA - HAMAS Syahid, 22, memulai karir sebagai pemain film religi. Film pertamanya adalah Tausiyah Cinta yang dijadwalkan tayang di bioskop pada Juni mendatang.
------------
Laporan Septinda Ayu Pramitasari, Surabaya
------------
HAMAS Syahid dan ibunya, Yulyani, begitu akrab. Ditemui di kediaman mereka, daerah Semolowaru Elok, keduanya mengobrol banyak hal. Mulai hidup hingga masa depan.
Akhirnya pembicaraan menyangkut skenario yang diperankan Hamas dalam sebuah film religi berjudul Tausiyah Cinta. Hamas menjadi pemeran utama, yakni sebagai arsitek muda, hebat, dan saleh.
BACA JUGA: Cara Unik Atiqah Promosi Bulan di Atas Kuburan
Belum cukup semua karakter idaman sebagai menantu itu, Hamas juga diperlihatkan sebagai sosok yang tampan, cerdas, dan emm… punya tatapan meneduhkan.
Sang ibu pun memberi beberapa masukan agar Hamas bisa memerankan karakternya dengan matang. Sedikit canda tawa menyelimuti suasana hangat pagi itu. Hamas adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga.
BACA JUGA: Artis Ganteng Ini Dikerjain di Hari Pertama Ngantor sebagai CPNS?
Dia memerankan tokoh bernama Azka Pradipta Putra. Proyek film religi pertama tersebut menjadi langkah awal Hamas untuk mewujudkan cita-citanya sebagai artis idealistis.
”Saya memang sering belajar akting di depan ibu. Biasanya ibu langsung memberi tahu kalau aktingnya kurang bagus,” ungkapnya.
BACA JUGA: Film Di Balik 98 Belum Rilis Sudah Disomasi
Film yang disutradarai Humar Hadi itu sangat menarik perhatian Hamas. Alasannya sederhana, yakni film tersebut bermuatan dakwah. Hal itulah yang membuat Hamas mengikuti casting pada Juni 2014.
Gayung bersambut. Wajah rupawan, pintar secara akademis, ditambah memiliki kemampuan hafal lima juz Alquran membuat sutradara film jatuh hati pada Hamas. ”Prosesnya cukup panjang, sekitar enam bulan untuk casting,” ujarnya.
Untuk mendalami karakter Azka, Hamas mengikuti karantina selama dua bulan di Jakarta. Pria kelahiran 11 Maret 1992 itu bolak-balik dari Surabaya–Jakarta setiap minggu. Hamas terpaksa mengambil cuti kuliah.
”Selama syuting, saya memang harus fokus. Untung, kampus mengizinkan untuk cuti kuliah,” ujar mahasiswa semester VI itu.
Hamas mengatakan, dirinya terjun ke dunia seni peran bukan untuk mencari ketenaran. Anak pertama di antara empat bersaudara tersebut ingin berdakwah. Jika sang ibu sering berdakwah secara langsung maupun melalui dunia politik, Hamas justru ingin berdakwah melalui sarana seni peran.
Sejak kecil, Hamas memang berkeinginan menjadi aktor idealistis. Dengan tetap berpegang teguh pada prinsip seorang muslim yang taat, dia ingin film-film yang dibintanginya membawa dampak atau pengaruh positif bagi masyarakat umum. Khususnya anak-anak muda. ”Sudah banyak film roman picisan. Tapi, jarang yang islami,” katanya.
Dunia peran, bagi Hamas, bukan hal baru. Sejak SMP, dia bermain teater, baik dalam pertunjukan umum maupun lomba. Dalam setiap perlombaan teater yang diikutinya, dia selalu menjadi juara. Salah satu prestasi yang disabetnya adalah juara I English Short Drama Competition dan juara II Teater Dinas Pendidikan Surabaya.
Meski sudah berpengalaman di dunia teater, Hamas mengaku grogi saat kali pertama berakting di depan kamera. Tetapi, setelah beberapa kali mencoba, akhirnya dia terbiasa. Sang ibu menjadi salah seorang pelatih akting pribadinya. ”Belajar akting malah dari ibu. Dulu kan ibu pemain teater,” tambahnya.
Selain itu, Hamas sering menghabiskan waktu dengan melihat film yang diperankan artis idolanya. Antara lain, Shahrukh Khan, Deddy Mizwar, dan Reza Rahadian. Menurut dia, artis-artis tersebut memiliki karakter kuat setiap memerankan tokoh di dalam film yang dibintangi.
"Saya mengidolakan mereka untuk aktingnya saja. Bukan profilnya. Akting mereka sangat berkarakter,” ujarnya.
Selain aktor idealistis, Hamas bercita-cita menjadi pengusaha sukses dan hafiz (penghafal) Alquran. Sebelum bermain film, Hamas berkecimpung di dunia bisnis. Beberapa kali dia mencoba bisnis kuliner. Jiwa bisnis itu muncul sejak kecil. Khususnya di bidang kuliner. Mulai jualan kerupuk, siomay, hingga dim sum.
Namun, bisnis terakhirnya, dim sum, tidak sukses. Hamas rugi. Modal Rp 10 juta pun tidak kembali. Meski begitu, Hamas tetap tidak kapok. Kini, dengan bergelut di dunia seni peran, dia ingin mengumpulkan uang untuk membangun bisnis di bidang kuliner. Yaitu, pempek palembang. ”Nanti tetap fokus di bisnis. Ini masih belajar bisnis dari ibu dan melakukan survei dulu di Palembang,” ujarnya.
Sambil bermain film, lanjut Hamas, dirinya membantu ibunya mengembangkan bisnis garmen. Di situlah Hamas bisa mengetahui langsung pengelolaan sebuah usaha. Dia menyebut, sang ibu sangat berperan penting dalam mewujudkan cita-citanya. Ibunya merupakan guru tunggal bagi Hamas. Mulai guru mengaji, akting, hingga bisnis.
Saat ini syuting film sedang memasuki masa jeda. Untuk mengisi waktu kosong, Hamas berusaha menghafalkan 30 juz Alquran. Hafalan itu bukan untuk materi film, melainkan kepentingannya sendiri, khususnya sebagai jalan dakwah. ”Saya ingin, aktor, pengusaha, dan hafiz Alquran bisa terwujud semua,” kata pria penghobi membaca dan olahraga tersebut.
Sementara itu, Yulyani mengatakan sangat mendukung keinginan Hamas. Menurut dia, bakat yang ada pada Hamas tidak jauh berbeda dengan bakatnya saat muda. Dia juga sangat menyukai seni. Baik teater, musik, maupun tari. Yulyani juga senang berbisnis dan merasa klop dengan dunia politik.
Yang terpenting bagi Yulyani adalah apa yang dijalani Hamas sejalan dengan prinsip hidupnya, yaitu berdakwah. ”Ibu dulu bisa dibilang multitalenta. Jadi, apa yang ada di ibu semua ada di Hamas,” ujar perempuan yang pernah menjadi anggota DPRD Surabaya tersebut.
Setelah Hamas dipilih sebagai pemeran utama di film Tausiyah Cinta, kata Yulyani, banyak produser yang menawari putranya itu untuk bermain film lagi. Rata-rata bernuansa religi. Yulyani mendukung penuh, asalkan Hamas menjalani pekerjaan tersebut dengan baik. ”Minggu depan ada produser yang mau menjalin kerja sama. Nanti ketemu dulu. Yang jelas, sekarang fokus di film Tausiyah Cinta dulu,” jelasnya.
Yulyani menyatakan selektif dalam memilih peran dan film untuk anaknya. Sebelum Hamas menerima tawaran bermain film itu, Yulyani menyaringnya. ”Pasti saya baca dulu skenarionya. Kalau bagus, baru saya tawarkan ke anak saya,” katanya.
Dalam kehidupan sehari-hari, Hamas tidak berbeda dengan anak muda lain. Bedanya sekarang, Hamas lebih dikenal banyak orang. Bahkan, beberapa akun fans Hamas mulai bermunculan di media sosial.
”Tapi, saya belum berani menyapa fans. Saya masih belum apa-apa ini,” ujar Hamas dengan tatapan yang meneduhkan lawan bicaranya. Hamas tampaknya sudah berhasil menjiwai karakter Azka. Setidaknya untuk bagian tatapan mata. (*/c7/ayi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Demi Toba Dreams, Haikal Kamil Belajar ke Pendeta
Redaktur : Tim Redaksi