JAKARTA - Lonjakan harga bahan pokok pada momen puasa hingga Lebaran seakan sudah menjadi tradisi. Meski tidak bisa dibendung, Perum Bulog membuat terobosan untuk meredam lonjakan harga sembilan bahan pokok (sembako).
Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso mengatakan, kalau selama ini hanya bergerak di bisnis perdagangan besar, kini Bulog mulai masuk ke bisnis retail melalui pengembangan Bulog Mart. "Fungsinya sebagai grosir bagi pedagang kecil. Kalau harga dari grosir stabil, harga di eceran juga bisa stabil," ujarnya saat dihubungi Jawa Pos kemarin (21/7).
Bulog Mart dirintis pada awal Mei lalu. Nah, memasuki bulan puasa hingga Lebaran, Bulog akan memperbanyak jumlah outlet atau toko grosir. "Target kami, Agustus nanti sudah ada 35 outlet," katanya.
Menurut Sutarto, Bulog Mart akan menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Untuk tahap awal, ada lima wilayah yang mengembangkan Bulog Mart. Yakni, Bandung, Makassar, Semarang, Malang, dan Lampung.
Bulog Mart menyediakan beragam komoditas. Di antaranya beras, gula, dan minyak goreng. Untuk stabilitas, harga jual sembako lebih rendah daripada harga eceran di pasaran.
Bagaimana Bulog bisa menjual sembako lebih murah? Sutarto mengatakan, Bulog Mart bukanlah bisnis rugi. Harga jual lebih murah bisa didapat dengan cara memangkas rantai distribusi. Misalnya, beras Bulog kelas menengah maupun premium yang biasanya harus masuk ke pedagang besar, grosir, eceran, dan baru sampai ke konsumen, sekarang bisa langsung dibeli konsumen dengan harga Bulog.
Terkait dengan harga beras pada awal puasa ini, Sutarto mengatakan masih relatif terkendali. Rata-rata kenaikan harga beras secara nasional hanya 0,47 persen dibanding sebulan lalu. Meski demikian, Sutarto mengakui bahwa di beberapa daerah, komoditas beras kualitas premium (kualitas tinggi) sempat naik cukup signifikan. Hal itu disebabkan masyarakat beralih membeli beras kualitas premium. "Ketika beras kualitas premium naik, beras dengan kualitas di bawahnya juga ikut naik," terangnya.
Salah satu wilayah yang mengalami kenaikan harga beras kualitas premium adalah Jawa Timur. Di provinsi ini, harga beras premium 3 sampai Rp 8.000 per kilogram. Untuk menekan harga, Bulog menggandeng Pemda Jatim menggelar pasar murah. Bulog menjual beras ke pemda Rp 7.500 per kilogram. Kemudian, pemda menambah subsudi Rp 200 per kilogram. Dengan demikian, harga jual ke masyarakat bisa turun menjadi Rp 7.300 per kilogram.
Pada perkembangan yang sama, pemerintah menyiapkan agenda stabilisasi harga agar tidak terjadi fluktuasi saat momen hari-hari besar. Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi Firmanzah mengatakan, salah satu yang perlu disiapkan adalah memperkuat kebutuhan pangan nasional dengan memanfaatkan peran BUMN yang berkaitan dengan ketahanan pangan, seperti Bulog dan Sang Hyang Seri.
Langkah lain adalah penetrasi informasi ketersediaan kebutuhan pokok di pasar-pasar dan ritel ke masyarakat. Tujuannya, menghindari kepanikan masyarakat dan menekan aksi spekulasi pedagang. Selain itu, meningkatkan sinergisitas lintas kementerian dan BUMN untuk memastikan ketahanan pangan nasional. Misalnya, menghindari penumpukan antrean di penyeberangan Merak" Bakauheni yang berakibat terlambatnya distribusi.
"Perlu juga memperhatikan penggunaan infrastruktur untuk arus distribusi barang," kata Firmanzah. Salah satu contohnya, pembangunan infrastruktur logistik nasional yang mendukung lalu lintas kebutuhan pokok antarwilayah.
Dalam sidang kabinet yang membahas kesiapan menghadapi puasa dan Lebaran, lanjut Firmanzah, presiden mengingatkan menteri-menteri terkait untuk menjaga pengamanan dan kelancaran pasokan kebutuhan pokok. "Presiden juga minta tim pengendali inflasi daerah untuk memonitor dampak, mengatasi kenaikan laju inflasi," katanya.
Firmanzah menerangkan, jika kenaikan harga di atas batas toleransi, misalnya di atas 15 persen, perlu dilakukan intervensi pemerintah. Salah satunya dalam bentuk operasi pasar. (owi/fal/c2/ca)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kenaikan Harga Pangan Masih Normal
Redaktur : Tim Redaksi