Pemerintah Australia memutuskan untuk meringankan beban para penderita kanker darah (leukimia) dengan memberikan subsidi atas harga obat yang selama ini mencekik leher.

Mulai 1 Desember, obat bernama Imbruvica, yang harganya bisa mencapai $ 100 ribu (sekitar Rp 1 miliar) dalam penggunaan selama setahun akan masuk dalam daftar PBS, skema daftar obat yang masuk dalam subsidi pemerintah.

BACA JUGA: Petisi Papua: Membuktikan Janji HAM Australia

Dengan itu, harga beli Imbruvica turun menjadi hanya $ 38.80 (sekitar Rp 400 ribu) per bulan saja.

Imburivica ini digunaakn untuk pasien yang menderita kanker daerah yang paling umum yaitu chronic lymphocytic leukaemia (CLL).

BACA JUGA: Peresmian Masjid Baru di Gungahlin

Menurut CEO Yayasan Leukimia Australia Bill Petch setiap tahunnya sekitar 1500 warga Australia didiagnosa menderita kanker darah jenis ini.

"Kanker ini mempengaruhi sel darah putih yang biasanya memproduksi antibodi guna melindungi tubuh dari infeksi." katanya.

BACA JUGA: Kompetisi Film Pendek Australia-Indonesia Kembali Digelar

Petch mengatakan para penderitanya biasanya mudah terkena infeksi serius, yang bisa mematikan, namun obat baru tersebut sudah terbukti efektif dalam membantu pasien.

"Yang dilakukan oleh Imbruvica adalah mencegah protein tertentu yang merangsang pertumbuhan sel leukimia." katanya.

Obat baru ini sudah dujicobakan di luar negeri dan di Australia sejak tahun 2010, dan secara resmi didaftarkan sebagai obat bulan April 2015.

Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull membuat keputusan mengenai pemberian subsidi tersebut di RUmah Sakit Royal North Shore di Sydney.

"Ini adalah satu dari 1500 obat baru yang jumlah total biayanya adalah $ 7,5 miliar yang masuk dalam daftar obat subsidi PBS sejak kami berkuasa." kata PM Turnbull.

"Ini mengingatkan bagaimana kami begitu berperhatian dalam memerangi kanker."

Professor Stephen Mulligan dari RS Royal North Shore terlibat dalam proses uji coba dan mengatakan Imbruvica akan membantu pasien dimana terapi yang biasa sudah tidak mempan lagi. Professor Stephen Mulligan dengan Warren Lippiatt (kiri) yang sekarang lebih baik setelah ambil bagian dalam uji coba obat kanker darah Imbruvica.

ABC News: Danuta Kozaki

"Pada umumnya sebagian besar pasien akan bisa ditangani dengan baik oleh obat ini." katanya.

"Pemakaiannya mudah sekali, dan betul-betul memberikan dampak besar bagi pasien yang menderita leukimia yang sudah tidak bisa ditangani lagi dengan cara yang standar."

Dia mengatakan dengan masuknya obat in dalam daftar PBS akan memberikan bantuan besar pasien dari sisi keuangan.

"Obat ini bila digunakan harus digunakan selamanya, jadi dengan dimasukkan ke dalam daftar PBS, akan sangat membantu pasien yang harus menggunakan obat ini dalam jangka panjang."

Dokter ahli kanker Dr Chan Cheah dari Rumah Sakit Sir Charles Gairdner Hospital di Sydney juga mendukung keputusan pemerintah, dan mengatakan obat itu juga memberikan opsi lebih besar bagi pasien.

"Obat ini efektif untuk mereka yang tidak bisa lagi ditangani dengan kemoterapi, dan juga untuk mereka yang tidak bisa melakukan kemoterapi karena masalah kesehatan lainnya." katanya."Ini memberikan kehidupan bagi saya"

Maria Bavcevich, 67, didiagnosa menderita leukimia di tahun 2006. Spesialis kanker darah Dr Chan Cheah dari RS Sir Charles Gairdner Hospital di Sydney

Supplied

"Saya didiagnosa lewat pemeriksaan terhadap kelenjar gondok." katanya.

"Pada awalnya selama lima tahun pertama, saya tidak mengalami masalah, namun setelah itu, saya mulai merasa sangat capek, lesu, dan tidak bersemangat."

Maria mendapat pemberitahuan bahwa dia memerlukan kemoterapi, yang akan akan menyembuhkannya paling tidak selama tiga sampai lima tahun.

"Namun kanker itu kembali lagi setelah dua tahun." katanya.

"Saya kemudian pernah dirawat di rumah sakit selama tiga minggu karena infeksi, dan mereka tidak bisa menemukan keanehan apapun. Saya sering kali gemeteran dan terus berkeringat."

Dokternya kemudian menawarkan untuk mencoba Imbruvica, namun karena didiagnosa dengan masalah ginjal membuatnya harus menunggu selama 12 bulan sebelum bisa mendapatkan obat tersebut.

"Saya mulai menggunakan obat ini bulan Januari. Kelenjar saya bengkak, dan juga kelenjar di bawah lengan juga bengkak." katanya.

"Diperlukan waktu beberapa bulan dan perlahan semua kembali menjadi normal."

Dr Cheah mengatakan bahwa dampak sampingan obat tersebut tidak banyak.

"Mungkin sedikit diare, dan kecapekan, dan juga kulit memar itu dampak sampingnya, namun banyak pasien yang tidak mengalami dampak samping apapun." kata Dr Cheah.

Maria mengatakan memar merupakan salah satu dampak samping yang dirasakannya, dan ini sangat kecil dibandingkan manfaat yang dirasakannya.

"Ini memberikan kehidupan bagi saya." katanya.

"Saya bisa melakukan hampir semua hal yang ingin saya lakukan. Saya bisa menjaga cucu dan juga berkebun, hal yang memang saya sukai."

"Sekarang saya merasa seperti di puncak dunia."

Lihat beritanya dalam bahasa Inggris di sini

BACA ARTIKEL LAINNYA... Menuliskan Perjalanan Pribadi Seorang Imigran Dalam Buku Bergambar

Berita Terkait