Pemerintah Berkomitmen Terus Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca

Jumat, 25 September 2020 – 13:43 WIB
Narasumber diskusi Unlocking Renewable Energy Demand from Commercial and Industrial Buyers for Green Economy yang diselenggarakan Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD). Foto: IBCSD

jpnn.com, JAKARTA - Direktur Aneka Energi Baru dan Terbarukan Kementerian ESDM Harris mengatakan, berkomitmen mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen hingga 2030 tanpa bantuan dan 41 persen dengan dukungan internasional.

“Dari sektor energi, pemerintah telah mencanangkan target penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 314 juta ton CO2 pada 2030,” kata dia dalam diskusi berjudul Unlocking Renewable Energy Demand from Commercial and Industrial Buyers for Green Economy yang diselenggarakan oleh Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD), Kamis (24/9).

BACA JUGA: Jokowi Targetkan Turunkan Gas Rumah Kaca 29 Persen

Estimasi kebutuhan investasi untuk menurunkan emisi sebesar 314 juta CO2 adalah Rp 3.500 triliun.

Bidang pembangkit listrik EBT ditargetkan dapat berkontribusi menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 156,6 juta ton CO2 atau 49,8 persen dari total aksi mitigasi sektor energi dengan kebutuhan investasi sebesar Rp 1.690 triliun.

BACA JUGA: Kementan Ukur Gas Rumah Kaca di Lahan Tanaman Cabai

Dalam kacamata ekonomi, pengurangan biaya pada sistem energi, dikombinasikan dengan pengurangan polusi udara dan emisi karbon dioksida, akan menghemat hingga USD 53 miliar per tahun atau diperkirakan 1,7 persen dari GDP Indonesia pada 2030.

Artinya, percepatan penggunaan energi terbarukan dapat meningkatkan GDP Indonesia sebanyak 1,3 persen pada 2030 berdasarkan International Renewable Energy Agency pada 2017.

Dari seluruh sektor, industri memiliki kebutuhan energi terbesar diikuti oleh sektor transportasi, rumah tangga, sektor komersial dan lain-lain.

Presiden IBCSD Shinta Kamdani menjelaskan, menurunnya biaya energi terbarukan telah menciptakan peluang baru untuk pemanfaatannya, termasuk di sektor komersial dan industri.

“Karena permintaan energi bersih terus meningkat di negara berkembang, sektor industri telah memimpin komitmen untuk menggunakan energi bersih dalam operasinya,” ujar Shinta.

Perusahaan anggota IBCSD yang menjadi thought leader dalam penggunaan energi terbarukan antara lain adalah Coca-Cola Amatil Indonesia.

Direktur Public Affairs, Communications dan Sustainability Amatil Indonesia Lucia Karina menyampaikan, sejak 2017, pihaknya telah mendeklarasikan komitmen publik untuk target keberlanjutan yang akan dicapai pada 2020.

Salah satu di antaranya ialah tentang perubahan iklim dan energi. Coca-Cola Amatil menargetkan menggunakan setidaknya 60 persen dari kebutuhan energi dari energi terbarukan dan rendah karbon.

“Komitmen ini juga merupakan bentuk dukungan terhadap upaya pemerintah Indonesia dalam menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 314 juta ton karbon dioksida atau CO2 pada 2030,” ujar dia. (jos/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler