Pemerintah Ceroboh Libatkan WWF Untuk Reforma Agraria

Rabu, 25 Oktober 2017 – 16:45 WIB
Wakil Ketua DPR Fadli Zon. Foto: Humas DPR for JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Penunjukan WWF Indonesia sebagai Project Management Officer (PMO) pembentukan Sekretariat Bersama Reforma Agraria dan Perhutanan Sosial oleh pemerintah kini menuai kritik.

Salah satunya dari Wakil Ketua DPR Fadli Zon, yang juga Ketua Umum DPN HKTI.

BACA JUGA: Polri Sudah Banyak Berubah di Zaman Jokowi

Menurutnya, tindakan pemerintah itu telah membuat agenda reforma agraria yang bersifat vital akhirnya jadi dianggap lelucon.

“Saya kira urusan reforma agraria sangat tidak pantas ditangani oleh sebuah LSM internasional yang bidang kerjanya juga jauh dari isu agraria. Keputusan itu harus dipertanyakan dan mestinya segera dievaluasi oleh presiden,” tegas Fadli.

BACA JUGA: Perppu Ormas Disetujui DPR Lewat Voting

Menurutnya, secara kelembagaan, sekretariat bersama itu memang bisa saja melibatkan banyak pihak, termasuk LSM, atau aktivis.

Namun, tentu yang seharusnya dipilih berkompeten dan telah berpengalaman dengan isu agraria.

BACA JUGA: Densus Tipikor Ditunda, Fahri Hamzah Sentil Jokowi

"Ceroboh sekali jika pemerintah menyerahkan koordinasi lintas kementerian dan lembaga yang menangani reforma agraria ini kepada unsur nonpemerintah. Apalagi, LSM yang ditunjuk ini adalah LSM konservasi lingkungan. Kekeliruannya jadi berlipat-lipat,” imbuhnya.

Politikus Gerindra mengatakan reforma agraria adalah isu yang bersifat lintas sektor dan lembaga.

"Menurut saya, untuk memudahkan koordinasi, seharusnya Presiden memimpin langsung koordinasinya. Insiden ini membuat kita jadi bertanya-tanya tentang keseriusan pemerintah dalam melaksanakan agenda reforma agraria," lanjutnya.

Dia mengatakan, meskipun pemerintahan saat ini telah menghidupkan kembali Kementerian Agraria, tapi efeknya terhadap agenda reforma agraria belum banyak.

Apalagi, hingga kini Presiden belum juga menerbitkan Perpres Reforma Agraria.

Fadli mengatakan, pemerintah seharusnya memerhatikan sejak 2007 Indonesia terus mengalami defisit perdagangan pangan.

Laju permintaan pangan di Indonesia kini mencapai 4,87 persen per tahun, dan tak mampu dikejar oleh kemampuan produksi nasional.

Salah satu sebab defisit perdagangan pangan adalah karena masalah agraria.

Jika dibandingkan dengan negara lain, meskipun sering disebut negara agraris, sebenarnya ketersediaan lahan pangan per kapita Indonesia amat sempit, hanya 359 meter persegi untuk sawah, atau 451 meter persegi bila digabung lahan kering.

Angka itu jauh di bawah Vietnam, yang mencapai 960 meter persegi; Thailand, yang mencapai 5.226 meter persegi, atau Cina yang mencapai 1.120 meter persegi.

"Di sinilah pentingnya agenda reforma agraria. Sekali lagi, saya berharap Presiden segera menegur Menko Perekonomian atas penunjukan WWF Indonesia sebagai Project Management Officer Sekber Reforma Agraria dan Perhutanan Sosial. Atau, jika penunjukkan itu memang sepengetahuan dan seizin Presiden, saya berharap keputusan itu segera dikoreksi," pungkas Fadli.(adv/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Perppu Ormas Jadi UU, Ketua DPR Yakin Pancasila Makin Kokoh


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
DPR RI   DPR  

Terpopuler