Pemerintah dan DPR Harus Baca Ini: Alasan Para Mahasiswa Meluapkan Kemarahan di Jalan

Kamis, 26 September 2019 – 06:32 WIB
Demo mahasiswa dari berbagai universitas di depan kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (24/9). Aksi mahasiswa itu menolak UU KPK dan pengesahan RUU KUHP. Foto : Ricardo

jpnn.com, JAKARTA - Pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarief Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno menganalisis penyebab demo mahasiswa dari berbagai kampus di seluruh tanah air meluapkan kemarahannya dengan turun ke jalan.

Adi mengatakan, aksi para mahasiswa itu sebenarnya tidak lebih dari sekadar respons terhadap situasi politik terkini. Terutama tentang revisi UU KPK dan RKUHP. Menurutnya, ada kampanye yang begitu masif terutama untuk menolak revisi RUU kontroversial tersebut.

BACA JUGA: YLBHI Sebut Lebih 50 Mahasiswa Hilang Kontak Pascademo di DPR RI

"Artinya kampanye untuk menolak revisi UU KPK, RKUHP, masuk dan mengena di memori kolektif mahasiswa bahwa kedua RUU itu bermasalah. Kalaupun toh ini dimobilisasi, ada yang ngajak, ya enggak ada masalah," ucap Adi kepada JPNN, Rabu (25/9).

Permasalahan paling kentara dari kedua RUU itu, menurutnya, terlihat jelas dalam proses pembahasannya yang kilat, dan tanpa melibatkan public hearing.

BACA JUGA: DPO Teroris Ditangkap Polisi Saat Kericuhan Demo Mahasiswa, Ternyata...

Nah, yang diinginkan mahasiswa adalah adanya proses dialogis antara rakyat dengan pemerintah maupun DPR.

"Tumben-tumbenan ini, giliran dua undang-undang ini pemerintah, DPR, tidak mengajak mahasiswa, tidak mengajak civil society, tidak mengajak kelompok-kelompok yang selama ini berseberangan," sebut direktur eksekutif Parameter Politik Indonesia ini.

BACA JUGA: Petamburan Tegang, Massa Demo Ricuh Berlarian Dikejar Polisi

Mestinya, pembahasan rancangan undang-undang di DPR itu selalu melibatkan pihak-pihak tertentu yang dianggap berseberangan ataupun ahli.

Termasuk para pihak-pihak yang menolak sejumlah substansi pada RKUHP maupun RUU KPK.

Nah, karena prosedur itu dinilai tidak berjalan, maka mahasiswa memposisikan diri sebagai elompok yang mengkritik DPR yang menggembok ruang dialog itu.

"Itu saja sebenarnya. Kalau soal perdebatan substansi saya kira ada positioning-nya dong dari masing-masing pihak. Karena proses dialog ini tersumbat, maka terjadilah kemarahan di mana-mana. Nah, ini yang perlu diperbaiki ke depan," tandasnya.(fat/jpnn)

 


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler