jpnn.com, SEMARANG - Pakar agribisnis yang juga dosen di Fakultas Pertanian dan Bisnis (FPB) UKSW Salatiga, Maria, meminta pemerintah melakukan pembatasan dan pengaturan impor bawang putih agar tercipta kestabilan harga dan pasok ke pasar tercukupi.
Maria mengatakan kebijakan relaksasi dengan melepas sepenuhnya pelaksanaan impor ke swasta dinilai bakal merugikan petani, konsumen dan juga pemerintah.
BACA JUGA: Pelaku Penusukan Syekh Ali Jaber Dikabarkan ODGJ, Benarkah?
“Harus ada pembatasan supaya petani tak dirugikan. Kontrol dari pemerintah tetap diperlukan,” kata Maria kepada wartawan, Kamis (10/9/2020).
Menurut dia, komoditas bawang putih memang rentan fluktuasi karena produksi nasional tidak seimbang dengan kebutuhan. Saat ini budidaya bawang putih bukan hanya untuk kebutuhan konsumsi, tetapi juga untuk pembibitan, sehingga tidak semua hasil bisa dikonsumsi.
BACA JUGA: Berawal dari Kuburan Misterius di TPU, Pembunuhan Sadis Keysya Safiyah Akhirnya Terbongkar
Karena itu, mendongkrak produksi dalam negeri dan mengatur impor harus dilakukan.
Hal lain yang membuat komoditas bawang putih menjadi rentan fluktuasi adalah kenyataan biaya produksi dalam negeri masioh tinggi, sementara harga bawang putih impor sangat rendah. Maria menyebut bawang putih impor dari China posisi sebelum Covid-19, harga hanya sekitar Rp 15 ribu per kilogram.
BACA JUGA: Kemnaker Dorong Tumbuhnya Pengusaha Agribisnis
Kalau impor direlaksasi, petani bawang putih bakal babak belur, sehingga program swasembada yang ditargetkan bisa dicapai pada 2024 akan sulit terwujud.
Doktor ekonomi pertanian dari Universitas Gajah Mada ini mengakui terbuka peluang mengembangkan budidaya bawang putih di Indonesia mengingat areal pertanian kita masih cukup luas.
Tanaman ini memerlukan suhu sekitar antara 15 sampai 20 derajat celcius yang biasanya berada di kawasan dengan ketinggian antara 1.000 meter hingga 1.500 meter diatas permukaan laut (dpl). Di Jawa Tengah bawang putih banyak dibudidayakan di Kabupaten Batang, Kabupaten Semarang, Kabupaten Magelang, Temanggung, Wonosobo, Karanganyar dan Kabupaten Tegal.
Selama ini budidaya bawang putih banyak terkonsentrasi di dataran tinggi pulau Jawa, khususnya Jateng, Jabar dan Jatim. Namun dengan adanya target swasembada, selain mengembangkan produksi untuk konsumsi dan untuk bibit, pemerintah juga mendorong budidaya bawang putih di pulau Sumatera dengan memberikan bantuan bibit kepada petani.
Dia mengakui produktivitas pertanian bawang putih kita memang masih rendah, ada yang hasilnya masih di bawah 5 ton per hektar, meski ada yang bisa mencapai 17 ton per hektar di lahan yang dikelola secara intensif. Karena itu, banyak yang memilih jalan pintas impor sebagai solusi memenuhi kebutuhan bawang putih nasional.
“Kalau mau dikembangkan, ya impor harus dibatasi, termasuk diatur batas bawah dan batas atas harganya untuk melindungi konsumen,” tegas Maria yang mengampu mata kuliah Ekonomi Sumberdaya Pertanian ini.
Sebagaimana diketahui, di tengah program swasembada bawang putih yang digaungkan pemerintah melalui Kementerian Pertanian Kementerian, di sisi lain Kementerian Perdagangan membuat kebijakan relaksasi impor bawang putih.
Melalui Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 27 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 44 Tahun 2019, tentang Ketentuan Impor Produk Hortikultura, pemerintah membuka kran impor bawang putih untuk mengendalikan harga yang sempat melejit sampai Rp 45 ribu per kg.
Beleid yang diterbitkan pada 18 Maret 2020 dan berlaku sampai 31 Mei 2020 membolehkan impor bawang putih tidak memerlukan Persetujuan Impor (PI) dan Laporan Surveyor, hanya perlu Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH) dari Kementan.
Sekretaris Jenderal Kemendag, Oke Nurwan, mengatakan tidak ada perpanjangan untuk kebijakan relaksasi impor untuk bawang putih dan bawang bombay.
Terpisah, Direktur Perbenihan Hortikultura Direktorat Jenderal Hortikulturan Kementan, Ir Sukarman, sewaktu berada di Batang Jawa Tengah memastikan ada target swasembada bawang putih dalam jangka empat tahun ke depan. Dia mengungkapkan masih ada selisih yang besar antara produksi dengan kebutuhan nasional.
”Untuk itu kami genjot dengan program perluasan areal tanam," kata Sukarman, sewaktu panen bawang putih di Dukuh Sigemplong Desa Pranten Kecamatan Bawang, belum lama ini.
Dia menyebutkan, produksi nasional harus digenjot setidaknya sampai lima kali lipat dari yang ada sekarang agar swasembada bisa terwujud.
BACA JUGA: Pelaku Penusukan Syekh Ali Jaber Dikabarkan ODGJ, Benarkah?
Langkah yang dilakukan Kementan, selain mendorong produktivitas per hektarenya dengan memberikan bibit yang berkualitas, juga mengembangkan areal tanaman ke luar Jawa khususnya Sumatera. (dkk/jpnn)
Redaktur & Reporter : Muhammad Amjad