"Kalau kelompok itu masih eksis, itu karena pemerintah dan aparat keamanan secara tidak langsung telah memberi toleransi berlebih kepada mereka," kata Bambang, Minggu (9/9).
Lebih lanjut Bambang mengatakan, demi stabilitas kehidupan berbangsa maka jangan ada toleransi sekecil apapun terhadap pelaku terorisme, meski hanya bersifat lokal. Sebab, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) maupun para pengamat sudah berulangkali mengindikasikan adanya jaringan atau kelompok-kelompok baru yang bernafsu melancarkan aksi teror.
"Dilaporkan bahwa hingga saat ini, ada sembilan kelompok teroris. Kelompok-kelompok itu membentuk jaringan, serta memiliki dana untuk membeli senjata, bahan peledak dan membiayai kegiatan lainnya," kata dia.
Politisi partai Golkar itu menambahkan, kelompok teroris juga menggelar latihan di Pulau Sulawesi terutama wilayah Poso sebagai basisnya. Pesertanya bahkan berasal dari sejumlah daerah.
Sementara peserta pelatihan yang kembali ke daerah asal langsung membentuk sel-sel baru. Data atau informasi inteligen ini idealnya diterjemahkan sebagai ancaman. "Kalau pemerintah konsisten melindungi rakyat dan menjaga stabilitas nasional, ancaman itu harus dieliminasi, at all cost (dengan segala risiko)," katanya.
Karenanya Bambang mengatakan, penyikapan terhadap eksistensi jaringan terorisme di Indonesia tidak bisa hanya dengan menunggu adanya peristiwa teror. "Manfaatkan segera data intelijen untuk mengeliminasi ancaman terorisme di negara ini," tuntasnya. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Inilah Kronologis Bom Depok
Redaktur : Tim Redaksi