jpnn.com, BATAM - Kementerian Perindustrian merancang strategi pengembangan peningkatan ekspor produk elektronika ke Pasar Amerika. Strategi tersebut menitikberatkan pada kegiatan promosi di Tiongkok.
"Ada sejumlah strategi untuk meningkatkan ekspor produk elektronika ke Amerika," ujar Direktur Direktorat Industri Elektronika dan Telematika, Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika Kementerian Perindustrian, Janu Suryanto, Kamis (27/6).
BACA JUGA: Platform Investasi BitcoinBot Bakal Diluncurkan di Indonesia
Momen perang dagang antara Amerika dan Tiongkok memang merugikan kedua belah pihak. Baik negeri Paman Sam maupun negeri tirai bambu menerapkan tarif yang tinggi untuk produk-produk ekspor antar kedua negara adidaya tersebut.
Hal ini membuat Amerika dan Tiongkok mencari negara lain untuk relokasi pabriknya. Tujuannya adalah untuk menghindari tarif tinggi ketika memasuki pasar baik itu pasar Amerika maupun Tiongkok.
BACA JUGA: Belanda Habisi Wakil Asia Tersisa di Piala Dunia Wanita 2019
BACA JUGA: Dejan Ungkap Alasan Tunjuk Andik Vermansah sebagai Kapten Saat Lawan Persebaya
"Kita harus promosikan peluang investasi di Indonesia kepada perusahaan elektronik di Tiongkok. Produksi elektronika di Indonesia dapat menghindari tarif yang diterapkan Amerika ke Tiongkok," jelasnya.
BACA JUGA: Trump Mengancam, Korut dan Tiongkok Pererat Hubungan
Janu mengakui proses ini membutuhkan waktu yang relatif panjang, tapi jika terealisasi maka dampaknya akan besar bagi industri dalam negeri.
Ada cara yang lebih cepat, namun sangat tergantung pada minat dan kapabilitas. Pemerintah akna mempromosikan kemampuan manufaktur elektronik di Indonesia sebagai rekan potensial untuk perusahaan di Tiongkok.
"Ini dapat diimplementasi dengan relatif cepat sebagai tes atau pilot project untuk selanjutnya dikembangkan," tuturnya.
Dulu, mitra ekspor utama Tiongkok adalah Amerika. Dengan penerapan tarif yang tinggi, maka ada asumsi bahwa Tiongkok akan menurunkan ekspornya sehingga peluang ini bisa dimanfaatkan Indonesia.
Batam bisa menjadi salah satu motor untuk peningkatan ekspor karena memiliki banyak produsen produk elektronika. Selain itu lokasinya juga strategis.
"Adapun produk elektronika yang bisa diekspor ke Amerika yakni kulkas, mesin AC, smartphone, vakum cleaner dan lain-lain," jelasnya.
Produk-produk tersebut merupakan beberapa dari 15 produk elektronika terbesar yang diekspor Tiongkok ke Amerika. Batam memiliki beberapa diantaranya seperti produksi smartphone sehingga dapat memanfaatkannya.
Wakil Ketua Himpunan Kawasan Industri (HKI) Kepri, Tjaw Hoeing mengatakan Batam memiliki banyak PMA yang berorientasi pada ekspor.
"Produk yang potensial itu seperti smartphone, televisi, vakum cleaner dan lain-lain. Ini sangat menarik dan membantu perusahaan-perusahaan yang ada di Tiongkok untuk relokasi ke Batam sehingga mereka bisa memanfaatkan momen dari perang dagang tersebut," ucapnya.
BACA JUGA: Bara Hasibuan: PAN Siap Kawal Presiden Jokowi Memimpin Sampai 2024
Dengan tingginya tarif untuk barang ekspor Tiongkok yang masuk ke Amerika yang berada di kisaran 25 persen, maka perusahaan-perusahaan besar di Tiongkok akan berpikir untuk relokasi pabrik.
"Memang saat ini Vietnam dan Malaysia jadi tujuan utama mereka. Karena banyak kemudahan dan insentif yang diberikan disamping industri supply chainnya juga mendukung disana," jelasnya.
Indonesia masih punya peluang tapi harus banyak berbenah. Pemerintah perlu meninjau ulang beberapa hambatan perizinan dari tahap awal investasi sampai pada tahap realisasi. "Ini semata-mata untuk menarik mereka supaya berinvestasi di Indonesia, khususnya Batam-Bintan-Karimun yang notabene adalah kawasan perdagangan bebas," jelasnya.
Langkah-langkah lain yang diperlukan yakni bangun industri supply chain atau industri pemasok komponen, menekan biaya logistik agar semakin kompetitif, kemudian penerapan kebijakan Tax Holiday.
"Contohnya bagi investasi Rp 50 miliar diberikan Tax Holiday selama lima tahun dan investasi Rp 25 miliar selama 2,5 tahun untuk bidang usaha yang berpotensi masuk ke pasar Amerika," tuturnya.
Untuk tahap perizinan dianggap sudah memadai. Tapi untuk tahap investasi awal sampai ke tahap operasional, masih ditemukan kendala perijinan lainnya yang dapat menghambat proses produksi. "Ini segera harus direview, faktor kecepatan dalam proses perizinan selanjutnya akan menjadi daya tarik tersendiri khususnya di bidang lalu lintas barang dalam menyikapi perang dagang," paparnya.(leo)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Maksud Tersembunyi Presiden Tiongkok Berkunjung ke Korut
Redaktur & Reporter : Budi