Pemerintah: Indonesia Bukan Negara Kaya Minyak

Kamis, 29 Maret 2012 – 19:33 WIB

JAKARTA--Sejak rencana kenaikan BBM oleh pemerintah, gejolak di masyarakat tak bisa terelakan. Demonstrasi pun meluas. Menuding pemerintah tidak memikirkan nasib rakyat, dengan alasan kenaikan harga minyak dunia. Padahal Indonesia dikenal sebagai negeri kaya minyak.

Namun penilaian soal Indonesia negeri kaya minyak, dibantah Wakil Menteri ESDM Widjajono Partowidagdo. Melalui situs resmi Sekretariat Kabinet, Widjajono pun menjelaskan kondisi minyak Indonesia saat ini yang pada akhirnya mendesak pemerintah menaikan harga BBM subsidi.

Dijelaskannya, Indonesia memproduksi minyak sebesar 329 juta barel, mengekspor minyak mentah sebesar 132 juta barel, mengimpor minyak mentah sebesar 99 juta barel dan Bahan Bakar Minyak (BBM) sebesar 182 juta barel pada tahun 2011 (Sumber ESDM 2012) dan mengkonsumsi BBM 479  juta barel. Sehingga terdapat defisit sebesar 150 juta per tahun.

"Cadangan minyak kita hanya 3,7 miliar barel atau 0,3 % cadangan minyak dunia. Sebagai negara net importer minyak dan yang tidak memiliki cadangan, tidak bijaksana apabila kita mengikuti harga BBM murah di Negara-negara yang cadangan minyaknya melimpah,'' jelas Widjajono.

Negara-negara Amerika Latin yang anti neolib seperti Brasil, Argentina dan Chili kata Widjajono, BBM nya tidak disubsidi. Akibatnya BBN (Bahan Bakar Nabati) dan industri nasional (mobil, pesawat, senjata dan pertanian) nya berkembang.

Bahkan Brasil sekarang menjadi negara idola disamping Rusia, India, Cina dan Korea (BRICK). Brasil bahkan sudah menguasai teknologi migas lepas pantai disamping cadangan dan produksi minyaknya meningkat pesat,  Petrobras adalah perusahaan migas terpandang di dunia.

Di India dan Pakistan maupun Cina  dan Vietnam (komunis) tidak ada subsidi BBM tetapi transportasi umum disubsidi sehingga nyaman dan industri nasionalnya meningkat pesat. Cina menggunakan gas dan listrik untuk transporasi umum dan sepeda motor menggunakan  listrik.

Sementara BBM murah hanya diterapkan di negara-negara yang cadangan minyaknya melimpah seperti Arab Saudi,  Irak, Lybia dan Venezuela. Bahkan harga bensin di Iran ($ 0,67/l) yang cadangan minyaknya 138 miliar barel lebih mahal dari di Indonesia sekarang ( $ 0,59/l) yang cadangan minyaknya hanya 3,7 miliar barel karena mereka mengutamakan gas untuk transportasi, rumah tangga dan listrik.

Iran mempunyai cadangan terbukti gas  nomor dua di dunia yaitu 982 TCF, sesudah Rusia. Sedangkan cadangan terbukti gas Indonesia adalah 112 TCF.

"Indonesia adalah Negara yang tidak kaya minyak. Kita lebih banyak memiliki energi lain seperti batubara, gas, CBM (Coal Bed Methane), shale gas, panas bumi, air, BBN (Bahan Bakar Nabati) dan sebagainya. Harga BBM (Bahan Bakar Minyak) menyebabkan terkurasnya dana Pemerintah untuk subsidi harga BBM, ketergantungan kita kepada BBM yang berkelanjutan serta kepada impor minyak dan BBM yang makin lama makin besar serta makin sulitnya energi lain berkembang," jelas Widjajono.

Tahun 2011 Indonesia memproduksi minyak  900 ribu B/D (barel per hari), gas 1,5 juta B/D (ekivalen minyak) dan batubara 3,4 juta B/D. Namun demikian, Indonesia mengekspor gas 797 ribu B/D dan batubara 2,4 juta B/D. Cadangan terbukti gas lima kali cadangan terbukti minyak dan cadangan terbukti batubara sepuluh kali.

Akibat terobosan teknologi di CBM (gas di lapisan batubara dengan dewatering atau memproduksikan air lebih dulu) dan di shale gas (gas yang tertinggal di batuan induk dengan fracturing atau merekahnya) menyebabkan Amerika Serikat kebanjiran gas.

Apabila Indonesia menerapkan teknologi tersebut maka akan mempunyai kesempatan yang sama. Batubara juga bisa diubah menjadi gas dan cairan. Biaya listrik di Sumatera Selatan Rp 800/kWh karena memakai gas dan batubara sedangkan di Sumatera Utara Rp 3.500/kWh karena memakai BBM.

Potensi panasbumi Indonesia terbesar di dunia yaitu 29 GW, potensi airnya 76  GW dan potensi biomass 50 GW. Sulawesi selatan mempunyai danau Poso dengan potensi 900 MW yang kalau dikembangkan membutuhkan biaya Rp 800/kWh, tetapi saat ini 90 MW pembangkit listriknya sebagian besar memakai BBM dengan biaya Rp 3.500/kWh. Seharusnya, sedapat mungkin kita tidak menggunakan BBM untuk listrik.

Dulu waktu harga BBM Rp 6.000/ l sudah banyak yang berpindah ke busway dan transportasi umum.  Begitu harga BBM Rp 4.500/l maka kembali naik kendaraan pribadi lagi. Orang tidak menghemat energi tetapi menghemat uang. 

"Orang yang mau naik kendaraan umum layak disebut Pahlawan karena menghemat dana Pemerintah, energi dan polusi. Program konversi minyak tanah ke BBG berhasil karena subsidi minyak tanah dihilangkan. Program jarak pagar dan konversi premium ke BBG belum berhasil karena premium harganya Rp 4.500/l," kata Widjajono.

Kalau seseorang menyikapi kenaikan harga BBM dengan arif maka pengeluarannya justru berkurang kalau di hari-hari kerja dia menggunakan transportasi umum dan hanya menggunakan mobil pribadi di akhir pekan atau silaturahmi.

Naiknya harga BBM justru akan menyebabkan energi lain yaitu batubara, gas, panasbumi, air dan biofuel banyak dibutuhkan dan diproduksikan yang akan memberikan lapangan kerja, penghasilan dan pertumbuhan ekonomi, serta berkembangnya daerah-daerah terutama di luar Jawa.

"Tidak menggunakan energi yang kita miliki secara optimal adalah tidak bijaksana. Mengkonsumsi barang yang mahal tetapi tidak mengkonsumsi barang murah yang kita miliki adalah kebodohan. Cara meminimalkan subsidi BBM untuk transportasi dan listrik adalah dengan sesedikit mungkin memakai BBM," tegas Widjajono.(afz/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... BBM Naik, Inflasi jadi 6,8 Persen


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler