jpnn.com, JAKARTA - Staf Khusus Menteri Keuangan, Yustinus Prastowo mengatakan memang sudah tidak terelakkan lagi bahwa dampak pandemi Covid-19 memukul dunia usaha dan banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaan.
Karena itu, ia menegaskan, tidak dapat dipungkiri lagi terjadi peningkatan jumlah pengangguran, dan orang miskin.
BACA JUGA: Pengadaan Vaksin COVID-19 Jadi Prioritas Pemerintah di Akhir Tahun
Dia menyatakan bahwa pemerintah sudah menyiapkan tiga respons sekaligus guna menanggulangi persoalan tersebut.
"Pertama, penanganan kesehatan. Kedua, perlindungan sosial. Ketiga, stimulus ekonomi fokus UMKM dan informal," kata Yustinus dalam diskusi virtual "Efek Resesi di Tengah Pandemi," Sabtu (7/11).
BACA JUGA: Pemkab Lebak Ajak Warga Terapkan 3M Cegah Covid-19
Dia menambahkan untuk menjaga daya beli masyarakat supaya tidak turun terlalu dalam, maka pemerintah mengucurkan bantuan sosial (bansos).
Menurut dia, bansos yang diturunkan sudah menjangkau 40 persen masyarakat. Alokasinya pun sangat besar untuk 2020 ini, yakni Rp 230 triliun. "Kalau untuk UMKM juga ada dukungan," tegasnya.
BACA JUGA: Update 10 Kelurahan dengan Kasus Positif Aktif Covid-19 Tertinggi di Jakarta
Menurut Yustinus lagi, saat ini kuncinya saat ini juga berada di kelas menengah ke atas. Dia menjelaskan, ketika Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dilonggarkan, maka akan terjadi aktivitas yang diharapkan memberikan dampak positif bagi upaya menciptakan lapangan kerja baru.
Dia optimistis, dengan percaya dirinya kelompok menengah ke atas dengan berani berkonsumsi, travelling juga dijaga dan difasilitasi dengan baik, maka ekonomi mulai bergeliat. "Karena tidak mungkin hanya mengandalkan stimulus pemerintah saja untuk menopang," ujarnya.
Ia menegaskan pula bahwa dengan adanya Undang-Undang Cipta Kerja, diharapkan menjadi bantalan kebijakan yang akan memperkuat upaya pemerintah menciptakan lapangan kerja.
Lebih lanjut Yustinus menyebut sebenarnya ada perbaikan ekonomi di Kuartal III-2020 ini, meskipun product domestc bruto atau PDB mengalami kontraksi 3,49 persen.
Ia menegaskan, yang penting sekarang ini adalah bukan mempersoalkan resesi ekonomi atau tidak. Namun, ujar dia, harus dilihat bagaimana respons dan arah kebijakan pemerintah.
"Menurut hemat kami, apa yang sudah dilakukan pemerintah dan sedang dikerjakan sudah berada pada jalr yang benar, sudah on track sehingga tinggal melakukan fokus dan akselerasi," kata Yustinus.
Ia mengatakan bila dilihat hampir semua indikator penting ekonomi pada Kuartal III-2020 mengalami pertumbuhan. Bahkan, beberapa di antaranya tumbuh sangat signifikan.
Menariknya lagi, kata dia, bila dibandingkan Kuartal III-2019, juga tumbuh positif. "Ini juga kabar baik sebenarnya," tegasnya.
Ia menjelaskan bahwa birokrasi juga ternyata bisa bekerja efisien dan efektif. Terbukti dengan belanja pemerintah yang tumbuh sangat bagus di Kuartal III 2020 ini, 9,8 persen.
Dia berharap dengan akselerasi baik, maka di Kuartal IV-2020 akan menjadi pra kondisi bagi 2021.
"Saya menggarisbawahi ini kali pertema pemerintah sebenarnya menjadi penyangga utama perekonomian ketika market betul-betul lumpuh, dan warga masyarakat menghadai tekanan luar biasa," kata dia.
Menurutnya, pemerintah juga belajar beradaptasi dan bila dilihat stimulus untuk penanganan Covid-19 mencapai capai 4,2 persen dari PDB. "Ini mungkin bila terbesar pertama. Kita harus pertahankan modal sosial ini," ungkapnya. (boy/jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
Redaktur & Reporter : Boy