jpnn.com - JAKARTA - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengungkap saat ini pemerintah masih harus menghitung ulang harga minyak dunia untuk menyesuaikan dengan rencana kenaikan harga BBM bersubsidi. Jika tidak, ujarnya, akan berpengaruh pada nilai rupiah.
"Minyak 80 USD itu tentu hitungannya jadi lain lagi. Pada saat yang sama rupiah melemah, jadi yang diimpor itu juga naik harganya akibat rupiah, jadi kita hitung kombinasinya. Berapa persen naik, katakanlah akibat rupiah berapa persen musti dipertahankan minyak mentah gitu kan," ujar JK dalam jumpa pers di Istana Wapres, Jakarta, Jumat, (14/11).
BACA JUGA: Jokowi Beri Ucapan Selamat ke Ahok via Facebook
Terkait itu, JK juga menegaskan bahwa pemerintah tidak bersikap ragu-ragu dalam menentukan kebijakan harga BBM bersubsidi tersebut. Pemerintah, ujarnya, membuat kebijakan yang tidak sampai merugikan masyarakat.
"Kalau kita kita naikkan tinggi pada saat harga turun tentu tidak bagus juga untuk masyarakat. Kita sesuaikan dengan keadaan saat itu. Bahwa nanti naik lagi melonjak, tentu kita pikir ulang lagi," sambung JK.
BACA JUGA: Guru Besar dan Mahasiswi Unhas Nyabu, DPR: Mana Peran BNN?
Sementara itu menanggapi harga sembako yang turut melonjak akibat isu kenaikan harga kenaikan BBM bersubsidi, JK langsung menampiknya. Menurutnya, harga sembako naik dengan berbagai alasan. Bukan hanya karena wacana kenaikan harga BBM.
"Bisa karena ini musim kering sehingga cabai atau sayur tak bisa tumbuh, kemudian karena barang impor rupiah melemah, sebagian akibat perkiraan BBM naik.Tapi itu hanya hal-hal tertentu yang ada hubungan dengan angkutan dan minyak. Seperti cabe-cabean itu kelangkaan karena karena musim kering," pungkas JK. (flo/jpnn)
BACA JUGA: Permohonan Maaf Kapolri dan Kapolda tak Menghapus Dosa Polisi Brutal
BACA ARTIKEL LAINNYA... Aksi Brutal Polisi, DPR Desak Jokowi Copot Kapolri
Redaktur : Tim Redaksi