Pemerintah Pusat Keliru soal Data Jumlah Pasien Corona di Semarang, Ganjar: Jangan Membingungkan

Rabu, 09 September 2020 – 17:04 WIB
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat acara Ngompol JPNN.com di Kantor JPNN.com, Jakarta, Rabu (12/8). Foto : Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, SEMARANG - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo meminta Pemkot Semarang segera mengklarifikasi data COVID-19 dengan pemerintah pusat.

Pasalnya, jumlah kasus positif yang diumumkan Satgas Percepatan dan Penanganan COVID-19 berbeda dengan data di Kota Semarang.

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Menteri Agama Fachrul Razi Menangis, Johan Budi Geregetan, Din Syamsuddin Kecewa

Sebelumnya, Kota Semarang beberapa kali disebut sebagai penyumbang kasus positif COVID-19 tertinggi nasional. Juru Bicara Satgas Percepatan dan Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito pada Selasa (8/9) mengatakan, Kota Semarang menjadi daerah tertinggi COVID-19 dengan jumlah kasus positif 2.591.

Padahal dalam website resmi COVID-19 Kota Semarang menyebutkan, jumlah kasus positif pada hari yang sama hanya 507.

BACA JUGA: 77 Tenaga Kesehatan Positif Covid-19 di RSUD Sragen, Ganjar Langsung Bergerak Cepat

"Saya minta Pemkot Semarang melakukan komunikasi. Harus diklarifikasi biar tidak membuat gaduh," kata Ganjar ditemui di kantornya pada Rabu (9/9).

Ganjar juga sempat menanyakan perihal perbedaan data itu kepada Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi. Dari penjelasannya, diketahui bahwa memang terjadi perbedaan data yang sangat signifikan antara pusat dan daerah.

BACA JUGA: Ada Masalah Terkait Target Tes PCR Massal, Ganjar: Kalau Tetap Seperti ini, Nanti Ndak Selesai-Selesai

"Pak Hendi (Hendrar Prihadi) bilang, datanya belum diupdate oleh Pak Wiku (Jubir Satgas COVID-19 Pusat). Mungkin Pak Wiku juga penting untuk mengupdate data biar tidak membingungkan," ucapnya.

Ganjar juga mengatakan sudah menerima laporan secara detail dari Wali Kota Semarang terkait kasus COVID-19.

Bahkan, laporan yang diberikan sangat detail, tidak hanya jumlah kasus, tetapi juga nama dan alamat pasien positif COVID-19.

"Saya sudah minta Pak Hendi menjelaskan apa sebenarnya yang terjadi. Kok bisa datanya beda. Pak Hendi sudah melaporkan kepada saya dengan bagus, bahkan ada catatan secara detil status pasien, baik dari dalam kota maupun luar kota, lengkap dengan nama dan alamatnya," ucapnya.

Dari keterangan Hendi, lanjut Ganjar, hingga 8 September kemarin, kasus meninggal akibat COVID-19 di Kota Semarang berjumlah 658. Sementara total kasus positif adalah 507 dan pasien sembuh 5.501.

"Makanya, data yang disampaikan Pak Wiku ada 2.591 kasus positif di Kota Semarang, padahal sesuai dashboard Pemkot Semarang, hanya 500 san. Kok jaraknya beda jauh, maka saya minta Pak Hendi segera memberikan klarifikasi untuk pencocokan data," tegasnya.

Meski data sebenarnya tak sebanyak yang disampaikan pusat, tetap saja Ganjar mengingatkan Pemkot Semarang untuk tetap getol mengampanyekan protokol kesehatan kepada masyarakat.

Dia meminta agar pembatasan kegiatan masyarakat dilakukan lebih ketat.

"Harus lebih ketat lagi, maka kalau kami membuat penegakan hukum secara masif akhir-akhir ini, semuanya harus mendukung agar semuanya paham dan sadar. Kalau tidak taat, harus dihukum," tegasnya.

Ganjar tetap meminta pemerintah daerah getol dalam kegiatan sosialisasi protokol kesehatan kepada masyarakat. Upaya penegakan hukum sekaligus sosialisasi adalah cara untuk memunculkan kesadaran pada masyarakat, agar peduli dan lebih berempati.

"Saya juga meminta, event-event yang mengumpulkan banyak orang, dihindari dulu. Kalaupun harus dilakukan, maka jumlahnya dibatasi, disiapkan dengan baik dan harus mengacu pada protokol kesehatan yang ada," tutupnya. (flo/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler