jpnn.com, KONAWE - Pembangunan politeknik yang terintegrasi dengan industri, seperti yang dilakukan oleh PT Virtue Nickel Dragon Industry (VDNI) di Sulawesi Tenggara dinilai bisa menggantikan tenaga kerja asing yang bekerja di pabrik.
Politeknik ini nantinya berada di dalam area Kawasan Industri Morosi, Konawe, Sulawesi Tenggara.
BACA JUGA: Pasien Covid-19 di Indonesia Tembus 1 Juta, Melanie Subono Bilang Begini
Penasihat Khusus Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Prof. Yohanes Surya menyebut politeknik ini bisa menjadi salah satu bagian transfer teknologi yang dilakukan perusahaan agar nantinya bisa menggantikan tenaga kerja asing yang bekerja di pabrik.
”Kalau ada tenaga asing yang saat ini mungkin masih ada, kami harapkan begitu Politeknik berdiri dan begitu sudah ada lulusannya, tenaga-tenaga asing itu sudah tidak perlu lagi, semua adalah tenaga lokal,” ujar Prof. Yohanes Surya.
BACA JUGA: Kedatangan 500 TKA China, VDNI dan OSS Rekrut 3.300 Tenaga Kerja Lokal
Menurutnya, hal tersebut karena semua fasilitas yang diberikan mulai dari kurikulum hingga pengajarnya disiapkan agar sesuai dengan keterampilan yang dibutuhkan oleh industri.
Prof Yohanes meminta Pemda setempat untuk memperhatikan bersama-sama hal tersebut dengan perusahaan yang ada di sana. Sehingga SDM yang ada di wilayah tersebut bisa meningkat kemampuannya.
BACA JUGA: Asuransi Jasindo Luncurkan Aplikasi Proteksi Pertanian
“Politeknik ini akan dibangun secara internasional dan dosen-dosennya pun dosen yang hebat-hebat. Sehingga kalau dosennya sudah bagus, kurikulumnya bagus, INTEK-nya ini kita persiapkan. Jadi dari lulusan SMA kita mungkin kasih matrikulasi dulu, persiapkan dulu sebelum nantinya masuk Politeknik,” jelas Prof. Yohanes.
Dengan adanya politeknik di Kawasan Industri Morosi, diharapkan bisa menciptakan SDM lebih baik lagi dan mereka harus mampu berkerja sama dengan semua institusi pendidikan baik di dalam maupun luar negeri.
“Kami harapkan Politeknik ini bisa bekerja sama tidak hanya dengan yang ada di Indonesia, bahkan yang kami harapkan dengan Politeknik atau Universitas top yang ada di Tiongkok, sehingga kita bisa ambil ilmunya mereka,” lanjutnya.
Pasalnya, ketika ada institusi pendidikan yang mampu bekerja sama dengan Universitas di luar yang mampu memecahkan masalah yang selama ini tidak bisa dicapai oleh Indonesia seperti rare earth atau logam tanah jarang yang sudah mampu diolah oleh Tiongkok.
“Misal kalau kita mau ke arah sana gitu ke depannya bisa aja. Sebab kan di dalam nikel kan juga banyak logam tanah jarangnya dan lainnya gitu. Itu yang kita harapkan ke depannya kerja sama dengan perusahaan China, katakanlah saya bekerja sama dengan perusahaan maupun universitas di China atau di sini juga dengan UI, ITB, dan lain-lain bersama-sama membangun ini," tutur dia.
Yohanes berharap, Politeknik ini menjadi Politeknik bertaraf internasional yang bisa jadi pendorong universitas lain untuk bangkit.
Dengan keberadaan Politeknik yang akan diberi nama Virtue Dragon Institute of Technology tersebut, diharapkan bisa menjadi pendorong dan mengangkat kualitas perguruan tinggi lainnya yang berada di wilayah tersebut.(chi/jpnn)
Redaktur & Reporter : Yessy