JAKARTA - Wakil Menteri Energi Sumber Daya Mineral Widjajono Partowidagdo mengibaratkan subsidi BBM seperti penyakit diabetes. "Penyakit diabetes itu senang dengan yang manis-manis. Tapi kalau kebanyakan makanan manis penyakit justru tambah parah. Sama seperti subsidi, yang enak rasanya. Tapi kalau subsidi jalan terus, rakyat malah jadi manja dan tidak mau mengembangkan kreatifitasnya," tuturnya di Jakarta, Jumat (30/3).
Dikatakan guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB) ini, posisi Indonesia yang nett importer, mengharuskan pemerintah mengambil langkah pengurangan subsidi. Itu agar masyarakat bisa menggunakan energi lainnya selain oil.
"Cadangan minyak Indonesia 4 miliar barel, gas 120 triliun kubik. Itu berarti cadangan gas kita cukup banyak," ujarnya.
Dia mencontohkan saat konversi minyak tanah ke gas. Jika sebelumnya banyak masyarakat menolak. Kini cenderung menggunakan gas.
"Itu tukang bakso, lebih suka pakai gas tiga kilo. Hanya dengan Rp 15 ribu. Penjualnya sudah dapat tiga kilo, sementara minyak tanah Rp 8000 perliter. Dari sini bisa dilihat kalau masyarakat bisa tahu mana bahan bakar yang murah," tambahnya.
Dengan pengurangan subsidi, dia berharap, ada peralihan penggunaan sumber energi, seperti air, gas, batubara, etanol dan lain-lain. Untuk diketahui, Indonesia memproduksi minyak 329 juta barel, mengekspor minyak mentah 99 juta barel dan BBM 182 juta barel di 2011 lalu, serta mengkonsumsi 479 juta barel. Terdapat defisit minyak sebesar 150juta barel pertahun. (Esy/JPNN)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Perhitungan Subsidi Sudah Diaudit BPK
Redaktur : Tim Redaksi