Pemilih Tolak Cagub Sekuler

Selasa, 03 Juli 2012 – 21:17 WIB
Sejumlah perempuan Jakarta menghadiri forum interaksi bersama para Cagub dan Cawagub DKI Jakarta periode 2012-2017, Jakarta, Selasa (3/7). Pasangan Jokowi Ahok menjadi pasangan terakhir yang mengemukakan visi misinya sehubungan dengan permasalahan Jakarta khususnya mengenai perempuan Jakarta. Foto : Arundono/JPNN

JAKARTA - Calon gubernur (Cagub) DKI Jakarta yang memiliki pemikiran sekuler mulai mendapat penolakan dari pemilih. Seperti yang diungkapkan Ikbal, warga Cengkareng. Menurutnya, sebagai umat yang beragama, pemikiran sekuler tidak bisa diterapkan di Jakarta.

"Belum terpilih saja sudah neko-neko, apalagi sudah terpilih. Janganlah kita warga Jakarta punya gubernur seperti itu," kata Ikbal saat berbincang dengan wartawan, Selasa (3/6).

Hal yang sama juga dikatakan Haji Edi. Ia mengatakan pemikiran sekuler seakan-akan mengabaikan nilai ajaran agama. "Alangkah bijaknya, jika gubernur tersebut bisa mengakomodir kepentingan umat bergama. Jangan sampai merugikan salah satu umat," ucapnya.

Sementara itu, pengamat politik Karel Susetyo mengatakan meskipun Jakarta plural, tapi nilai etnisitas dan sentimen agama masih menjadi preferensi dominan bagi pemilih kelas menengah ke bawah dalam menentukan pilihannya. Makanya kata dia, nilai-nilai agama tidak bisa terlepas dari cara pemilih memandang calon.

"Jokowi-Ahok memang tidak familiar dengan warga Jakarta, sehingga tidak mampu membaca situasi batin warga. Lihat saja gaya kemeja kotak-kotak ala koboi, itu mencerminkan bahwa Jokowi tidak membumi di Jakarta. Ingat, Jakarta bukan texas," kata Karel saat dihubungi wartawan.

Terpisah, Mantan Ketua KNPI DKI Jakarta, Arif Rahman mengatakan apa yang disampaikan oleh Cawagub Ahok, bahwa Negara harus lebih patuh pada ayat konstitusi daripada ayat suci merupakan suatu hal yang kerdil dan dangkal.
 
Dari pasangan yang akan menjadi pemimpin di kota besar seperti Jakarta seharusnya hal seperti itu tidak usah di wacanakan ke publik karena semua tahu bahwa hal tesebut merupakan ranah kenegaraan dan ranah pribadi orang perorang.
 
“Kalau mereka memahami esensi dari konstitusi akan ada pemahaman nilai spiritualitas dari konstitusi yang sudah pasti berlandaskan dari nilai nilai keagamaan yang bersumber dari kitab suci. Jadi hal tersebut merupakan pemikiran yg sempit dan tidak pantas di ucapkan oleh calon pemimpin,” katanya.

Calon Wakil Gubernur DKI, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang mendampingi Joko Widodo menuai kontoversi setelah beberapa waktu lalu melontarkan pernyataan bahwa,"Kita tidak boleh taat pada ayat suci. Kita taat pada ayat-ayat konstitusi," di salah satu stasiun televisi swasta. Pernyataan ini disampaikan dalam acara debat dengan pasangan calon pemilihan gubernur DKI Jakarta beberapa waktu lalu. (awa/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gugatan Ulang Pemilukada Gayo Lues juga Mental


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler