KEBANYAKAN database yang dijual diperjual belikan dalam bentuk softcopy memang berformat Excel. Seperti yang dijual Mulyono (baca: Awas, Data Rahasia Anda Diperjualbelikan!) di dalam 10 folder CD pertama, terdapat puluhan file Excel yang memuat identitas seseorang.
Folder yang ada di CD pertama, antara lain, diberi nama 6rb pemasang iklan koranmjlah+dll, 99205, data pemegang kartu kredit berbagai bank, hingga daftar peserta seminar dan peserta wisata dakwah.
Di CD yang kedua, isi database lebih spesifik lagi. Mayoritas data pemegang kartu kredit dari sejumlah bank. Hebatnya, data itu spesifik menyebut jenis kartu kredit seseorang. Misalnya, classic, gold, platinum, dan titanium.
Tak hanya itu, di CD yang kedua juga ada data pemilik rumah-rumah mewah di Surabaya. Ada perumahan mewah di kawasan Manyar, CitraLand, Graha Famili, kawasan Darmo Permai, dan apartemen-apartemen baru. Bukan itu saja, ada pula data tentang pemilik mobil jenis tertentu hingga nama-nama pembayar pajak kendaraan.
Data pemilik nomor ponsel dari operator tertentu dan pemilik nomor dengan jumlah digit sedikit juga ada. Jawa Pos pun mengecek keabsahan data itu dengan menghubungi secara acak. Ternyata benar, nomor-nomor ponsel tersebut sesuai dengan namanya.
Selain membeli database kepada Mulyono, kami menelusuri penjualan data ke penjual lain. Dalam sebuah situs ada penjual yang bernama Doni. Berbeda dengan Mulyono, penjual itu sedikit jual mahal. Servis yang diberikan tidak seperti Mulyono.
Dia sendiri yang menentukan tempat pertemuan. Dia juga berkeberatan saat diajak ngobrol banyak mengenai barang jualannya. Akhirnya, pertemuan dengan Doni disepakati di tempat sebuah gedung di kawasan Panglima Sudirman. Doni memilih tempat pertemuan itu karena dia bekerja di sebuah lembaga kursus bahasa Inggris di gedung tersebut.
Ketika bertemu, Doni ternyata sudah membawa print out database yang berasal dari file Excel. Data sekitar 50 lembar itu disodorkan dan ditawarkan dengan harga Rp 300 ribu. Setelah ditawar, Doni akhirnya melepas dengan harga Rp 200 ribu.
Doni, tampaknya, tidak profesional seperti Mulyono. Database yang dicetak terkesan acak-acakan. Banyak nama orang di database itu yang terpotong. Misalnya, di sana ada nama Blegur Priyanggono yang tak lain anggota DPRD Surabaya. Nama Blegur hanya tercetak Blegru Priyan.
Doni juga sempat berkeberatan ketika diminta untuk menyerahkan soft copy database tersebut dengan alasan banyak nama yang terpotong. Namun, akhirnya dia bersedia mengirim e-mail soft copy database, tetapi tetap tak spesifik seperti dagangan Mulyono.
Doni mengaku database itu didapat ketika masih menjadi telemarketing. Namun, Doni tidak menjelaskan bidang telemarketing yang dia geluti. Beda dengan Mulyono yang mengaku mendapatkan database ribuan nama itu dengan cara membeli dari beberapa orang. "Ada orang yang biasa menawarkan ke saya. Tetapi, tidak semua tawaran itu saya beli. Saya lihat dulu apakah isi database tersebut sudah saya miliki atau belum,"" jelasnya.
Menurut Mulyono, orang yang menawarinya itu tidak hanya berasal dari Surabaya. Namun, beberapa di antaranya dari Jakarta dan kota besar lain. Entah jujur atau tidak, Mulyono mengaku biasa kulakan database dengan harga Rp 200 ribu-Rp 300 ribu per jenis data. Misalnya, data pemegang kartu kredit dari satu bank.
Bisnis itu dilakoni Mulyono sejak dua tahun lalu, ketika dia menggeluti internet marketing. Mulyono berkilah database itu tidak sembarang dia jual ke seseorang. Menurut dia, sejak awal dirinya menanyakan tujuan pembelian database. ""Karena itu, saya lebih senang kalau jual belinya dilakukan dengan ketemuan,"" paparnya.
Baik Doni maupun Mulyono mengatakan, kebanyakan pembeli database-nya memang seorang telemarketing. Namun, ada pula perusahaan yang menggunakan database itu untuk keperluan marketing via SMS gateway. ""Jadi, ada yang butuh nomor-nomor telepon itu untuk dihubungi langsung atau hanya menyebarkan SMS promosi,"" papar Mulyono. (gun/mas/fat)
Folder yang ada di CD pertama, antara lain, diberi nama 6rb pemasang iklan koranmjlah+dll, 99205, data pemegang kartu kredit berbagai bank, hingga daftar peserta seminar dan peserta wisata dakwah.
Di CD yang kedua, isi database lebih spesifik lagi. Mayoritas data pemegang kartu kredit dari sejumlah bank. Hebatnya, data itu spesifik menyebut jenis kartu kredit seseorang. Misalnya, classic, gold, platinum, dan titanium.
Tak hanya itu, di CD yang kedua juga ada data pemilik rumah-rumah mewah di Surabaya. Ada perumahan mewah di kawasan Manyar, CitraLand, Graha Famili, kawasan Darmo Permai, dan apartemen-apartemen baru. Bukan itu saja, ada pula data tentang pemilik mobil jenis tertentu hingga nama-nama pembayar pajak kendaraan.
Data pemilik nomor ponsel dari operator tertentu dan pemilik nomor dengan jumlah digit sedikit juga ada. Jawa Pos pun mengecek keabsahan data itu dengan menghubungi secara acak. Ternyata benar, nomor-nomor ponsel tersebut sesuai dengan namanya.
Selain membeli database kepada Mulyono, kami menelusuri penjualan data ke penjual lain. Dalam sebuah situs ada penjual yang bernama Doni. Berbeda dengan Mulyono, penjual itu sedikit jual mahal. Servis yang diberikan tidak seperti Mulyono.
Dia sendiri yang menentukan tempat pertemuan. Dia juga berkeberatan saat diajak ngobrol banyak mengenai barang jualannya. Akhirnya, pertemuan dengan Doni disepakati di tempat sebuah gedung di kawasan Panglima Sudirman. Doni memilih tempat pertemuan itu karena dia bekerja di sebuah lembaga kursus bahasa Inggris di gedung tersebut.
Ketika bertemu, Doni ternyata sudah membawa print out database yang berasal dari file Excel. Data sekitar 50 lembar itu disodorkan dan ditawarkan dengan harga Rp 300 ribu. Setelah ditawar, Doni akhirnya melepas dengan harga Rp 200 ribu.
Doni, tampaknya, tidak profesional seperti Mulyono. Database yang dicetak terkesan acak-acakan. Banyak nama orang di database itu yang terpotong. Misalnya, di sana ada nama Blegur Priyanggono yang tak lain anggota DPRD Surabaya. Nama Blegur hanya tercetak Blegru Priyan.
Doni juga sempat berkeberatan ketika diminta untuk menyerahkan soft copy database tersebut dengan alasan banyak nama yang terpotong. Namun, akhirnya dia bersedia mengirim e-mail soft copy database, tetapi tetap tak spesifik seperti dagangan Mulyono.
Doni mengaku database itu didapat ketika masih menjadi telemarketing. Namun, Doni tidak menjelaskan bidang telemarketing yang dia geluti. Beda dengan Mulyono yang mengaku mendapatkan database ribuan nama itu dengan cara membeli dari beberapa orang. "Ada orang yang biasa menawarkan ke saya. Tetapi, tidak semua tawaran itu saya beli. Saya lihat dulu apakah isi database tersebut sudah saya miliki atau belum,"" jelasnya.
Menurut Mulyono, orang yang menawarinya itu tidak hanya berasal dari Surabaya. Namun, beberapa di antaranya dari Jakarta dan kota besar lain. Entah jujur atau tidak, Mulyono mengaku biasa kulakan database dengan harga Rp 200 ribu-Rp 300 ribu per jenis data. Misalnya, data pemegang kartu kredit dari satu bank.
Bisnis itu dilakoni Mulyono sejak dua tahun lalu, ketika dia menggeluti internet marketing. Mulyono berkilah database itu tidak sembarang dia jual ke seseorang. Menurut dia, sejak awal dirinya menanyakan tujuan pembelian database. ""Karena itu, saya lebih senang kalau jual belinya dilakukan dengan ketemuan,"" paparnya.
Baik Doni maupun Mulyono mengatakan, kebanyakan pembeli database-nya memang seorang telemarketing. Namun, ada pula perusahaan yang menggunakan database itu untuk keperluan marketing via SMS gateway. ""Jadi, ada yang butuh nomor-nomor telepon itu untuk dihubungi langsung atau hanya menyebarkan SMS promosi,"" papar Mulyono. (gun/mas/fat)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Yakin Bocor dari Pihak Ketiga
Redaktur : Tim Redaksi