JAKARTA- Panggung politik pada pemilu 2014 diprediksi bakal sengit, setidaknya dibanding pemilu 2009. Karenanya, Komisi Pemilihan Umum (KPU) harus diisi orang-orang yang punya leadership kuat. Termasuk kuat dari segi kapasitas dan integritasnya.
Mantan Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Nurhidayat Sardini mengatakan, anggota KPU yang kuat ini sangat penting agar tidak gampang terseret kepentingan politik dan tidak mudah direcoki.
"Orang-orang di KPU nantinya harus kuat sehingga tak mudah direcoki karena dinamika pada pemilu 2014 akan sangat tinggi. Persaingan akan lebih sengit ketimbang pada pemilu 2009," ujar Nur Hidayat Sardini kepada wartawan di Jakarta, Senin (2/1).
KPU untuk periode 2012-2017 mendatang, dilihat dari regulasi teranyar, kata Nur, bakal mendapat pengawasan yang ketat.
"Bawaslu mengawasi dari sisi tahapannya. Sementara DKPP (Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu) mengawasi dari perilaku keaparatan KPU-nya. Dan secara reguler, ada RDP dengan Komisi II DPR. Serta konsultasi pertahapan dengan DPR. Maka kalau KPU tak kuat, itu akan berat sekali," kata Nur, yang saat ini masih anggota Bawaslu itu.
Nur yang juga mendaftar sebagai calon anggota KPU ini berharap, ke depan seluruh unsur penyelenggara pemilu bisa bekerja secara sinergis. "Untuk membahas format pengawasan KPU misalnya, antara KPU, Bawaslu, dan DKPP, harus duduk bersama," harapnya.
Termasuk dalam penyusunan kode etik, lanjutnya, harus melibatkan ketiga unsur itu. Kode etik ini menurutnya penting agar ada standar yang jelas terkait perilaku-perilaku penyelenggara yang dianggap sebagai pelanggaran.
"Karena kalau kesalahan sekecil saja diajukan ke DKPP, gimana bisa kerja. Jika disalahkan terus, bagaimana bisa kerja," urainya.
Dia juga menyampaikan masukan agar bentuk konsultasi dengan DPR diperjelas, apakah dengan Ketua DPR dan wakilnya saja, atau cukup dengan RDP di Komisi II. Ini agar apa yang sudah dikonsultasikan dengan pimpinan DPR, tidak diulangi lagi pembahasannya di tingkat Radat Dengar Pendapat (RDP) di Komisi II DPR. (sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ical Dinilai Tak Percaya Golkar
Redaktur : Tim Redaksi