Menurutnya, hal ini ada kaitan dengan dominasi kaum kartel oligarkis dalam proses politik Indonesia setelah 1998. “Tidak bisa dipungkiri, demokrasi kita ada dalam kendali mereka. Makanya nilai-nilai liberal menguat, dan perhatian terhadap kepentingan umum merosot. Demokrasi kita terjebak dalam paradoks ini," ujar Bony dalam siaran persnya, Kamis (18/10).
Ia mengakui, kemajuan besar demokrasi di Indonesia adalah terbangunnya institusi- institusi politik yang mendorong demokratisasi ke arah modern.
Meski demikian, Boni juga menyatakan, yang menjadi kelemahan ketika pembangunan institusi tidak disusul penguatan nilai-nilai demokrasi pada level yang lebih konkrit.
Bahkan, Boni menegaskan, secara prosedural, Indonesia sudah berhasil membangun demokrasi di tengah negara lain di Asia Tenggara. “Tapi secara subtansial, kita masih dalam masalah serius. Indeks korupsi dan kebebasan sipil bisa dijadikan tolok ukur untuk menguatkan skeptisisme ini,” katanya.
Boni yang tengah belajar di Universitas Humboldt, Berlin, Jerman, itu menambahkan, apapun perkembangan yang terjadi di Indonesia, tetap saja pemilu 2014 dikendalikan pemilik modal. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PDIP Kaji Duet Rieke-Teten di Pilgub Jabar
Redaktur : Tim Redaksi