Pemungutan suara di ibukota Papua Nugini, Port Moresby ditunda setelah petugas TPS bagi pemilihan umum negeri tersebut melakukan pemogokan.
Komisi Pemilihan Umum PNG mengatakan pemungutan suara ditunda sampai hari Jumat, karena para petugas TPS tidak dibayar untuk tugas 'berkemah'.
BACA JUGA: Bis Tanpa Sopir di Darwin Masih Diawasi Sopir
TPS dalam pemilihan umum nasional ini sudah dibuka sejak pekan lalu dengan proses pemungutan suara akan berlangsung selama dua pekan.
Namun proses pemungutan suara ini ada yang tertunda, dan juga mengalami gangguan sejak Sabtu lalu, dan pemungutan suara di provinsi yang berada di dataran tinggi (highlands) dimulai hari Selasa (27/6/2017).
BACA JUGA: Australia - RI Kerjasama Teknologi Awasi Pencurian Ikan
Para pemantau pemilu mengatakan adanya berbagai gangguan di beberapa tempat, dengan masalah daftar pemilih dan juga pembagian surat suara.
Ribuan tentara dan polisi sudah dikerahkan ke daerah-daerah yang paling rawan gangguan, di provinsi di dataran tinggi, dimana warga setempat yang marah mengatakan para petugas TPS tidak adill dan daftar pemilih tidak akurat.
BACA JUGA: Tianyi Lu, Sukses Menjadi Konduktor Orkestra di Usia 26 Tahun
"Saya yakin bahwa kami akan bisa menangani pemilu dan menyampaikan hasil pemilu dengan aman dan bebas,." kata Michael Welly seorang pejabat polisi senior PNG.
Banyak pemilih sudah memperkirakan adanya campur tangan dari para calon dalam proses pemilu, dan sudah mengancam akan melakukan tindak kekeasan bila mereka merasa pemilu tidak berjalan adil.
Perdana Menteri PNG saat ini Peter O'Neill, berharap pemilih tidak akan mempermasalahkan keadaan ekonomi dan maalah kontroversi untuk memberinya mandat menjalani periode kedua.
Masalah ekonomi dan kurangnya layanan pemerintah menjadi keprihatinan utama bagi para pemilih.
Pemimpin oposisi Don Polye, mantan menteri keuangan di pemerintahan O'Neill dalam kampanyenya banyak membicarakan kemungkinan runtuhnya perekonomian negara dan juga pinjaman yang tidak bertanggung jawab yang dilakukan pemerintah.
Diterjemahkan pukul 14:20 AEST 27/6/2017 oleh Sastra Wijaya dan simak beritanya dalam bahasa Inggris di sini
Lihat Artikelnya di Australia Plus
BACA ARTIKEL LAINNYA... Analisa Otak Bisa Segera Digunakan Sebagai Bukti Pengadilan