Pemilu Lahirkan Pejabat Narsis

Rabu, 08 Agustus 2012 – 08:44 WIB
PADANG-Perkembangan demokrasi dan pemilu di negara ini, di satu sisi, sangat menggembirakan. Tapi, di sisi lain, mengundang banyak keprihatinan. Di tengah demokrasi yang terlihat terus tumbuh mekar, sebagian pihak mengatakan demokrasi Indonesia justru mengalami kemandegan parah.

’’Indonesia terjebak pada labirin transisi demokrasi yang tak berkesudahan. Akibatnya, demokrasi dinilai masih sebatas memanjakan para elite politik, baik parpol, anggota legislatif, maupun eksekutif. Rakyat belum merasakan dampak demokrasi secara signifikan, terutama terhadap kesejahteraan dan kemakmurannya,’’ kata Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD saat memberikan ceramah umum dan diskusi dengan Civitas Akademika di Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat, Selasa (7/8).

Memang, kata Mahfud, demokrasi sudah dimanifestasi dalam bentuk lembaga-lembaga formal  pemerintahan, pemilu, pemilukada, dan sejenisnya. Namun, di balik itu, pelaksanaan demokrasi juga dianggap berperan besar dalam mengacaukan tatanan bernegara. Di lembaga-lembaga formal negara, desain institusionalisasi demokrasi masih amburadul. ’’Buktinya, sistem dan lingkungannya justru menyuburkan korupsi,’’ ujar dia.

Menurut Mahfud, pemilu yang dilaksanakan secara rutin tetapi malah menjadi arena pencederaan nilai-nilai demokrasi. Politik uang, suap menyuap, cedera janji, dan kecurangan seolah merupakan biasa dalam tahapan Pemilu. Manipulasi data pemilih, penggelapan atau penggelembungan suara, intimidasi, dan pelanggaran-pelanggaran lain meramaikan setiap gelaran pemilu.

’’Harus diakui, kenyataan empirik menunjukkan pemilu beberapa periode belakangan ini lebih sering melahirkan pejabat politik yang narsis, surplus kekuasaan, bekerja bukan untuk rakyat, dan cenderung  berperilaku koruptif,’’ beber dia.

Mengingat di negara demokrasi pemilu merupakan keniscayaan, maka salah satu cara memperbaiki demokrasi ialah menyehatkan pemilu, apakah itu pemilihan presiden, pemilihan anggota legislatif, maupun pemilukada. Dengan kata lain, pemilu sehat merupakan instrumen penting untuk memperbaiki kualitas demokrasi. ’’Inilah hubungan nyata dan timbal balik antara demokrasi dan pemilu. Ini pula yang selama ini menjadi persoalan serius dalam membangun dan menguatkan demokrasi,’’ pungkas dia.

Dalam ceramah umum ini dihadiri Rektor Universitas Andalas Dr  Werry Darta Tayfur, SE MBA, para wakil rektor, para dekan, dan 5.000 mahasiswa baru Universitas
Andalas. (ris)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hakim Minta Saksi Wa Ode Nurhayati Dijadikan Tersangka

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler