jpnn.com, TOKYO - Shoko Asahara akhirnya menerima hukuman setimpal. Pendiri sekaligus pemimpin tertinggi sekte Aum Shinrikyo yang memiliki nama asli Chizuo Matsumoto itu dieksekusi mati, Jumat (6/7). Begitu pula dengan enam orang lain yang merupakan anggota sekte.
Mereka dinyatakan bersalah atas 13 serangan yang mereka lakukan pada 1980–1990an. Total, ada 27 orang yang tewas dan ribuan lainnya luka atas ulah sadis kelompok tersebut.
BACA JUGA: Piala Dunia 2018: Cuma Jepang yang Bisa Melakukannya
’’Saya rasa hukuman eksekusi itu sudah benar,’’ ujar Shizue Takahashi, salah seorang keluarga korban, sebagaimana dilansir Reuters.
Suaminya merupakan salah seorang korban tewas dalam serangan gas sarin di kereta bawah tanah Tokyo pada 20 Maret 1995 lalu. Peristiwa tersebut mengakibatkan 13 orang tewas dan sekitar 5.800 orang luka-luka.
BACA JUGA: Luar Biasa! Ini yang Terjadi Usai Jepang Kalah dari Belgia
Pada saat kejadian, suami Takhashi yang merupakan pegawai kereta api berusaha membuang paket berisi sarin dari gerbong.
Berdasar survei, mayoritas penduduk Jepang memang setuju dengan hukuman mati untuk dalang dan pelaku serangan dua dekade lalu itu. Meski, beberapa lembaga HAM menyatakan sebaliknya.
BACA JUGA: Kiat Jepang Lolos ke 16 Besar Piala Dunia 2018 Layak Ditiru
Di Jepang, hukuman mati dilakukan dengan cara digantung. ’’Kejahatan yang mereka lakukan sangat mengerikan,’’ ujar Menteri Kehakiman Jepang Yoko Kawakami.
Sebagai dalang utama, Matsumoto digantung lebih dulu. Enam orang lainnya –yaitu Tomomasa Nakagawa, Tomomitsu Niimi, Kiyohide Hayakawa, Yoshihiro Inoue, Seiichi Endo, dan Masami Tsuchiya– menyusul kemudian.
Kawakami menegaskan, masih ada enam orang lainnya yang juga dijatuhi hukuman mati. Belum diketahui kapan proses eksekusi akan dilakukan.
Di Jepang, hukuman mati dilakukan mendadak dan tak diumumkan kepada publik. Keluarga terpidana yang akan digantung tak diberi tahu. Pun demikian dengan mereka yang mejalani hukuman. Mereka baru diberi tahu beberapa jam sebelum eksekusi.
MA sejatinya sudah menetapkan hukuman mati untuk Matsumoto sejak 2006 lalu. Tapi, berdasar aturan, sidang seluruh tersangka harus selesai lebih dulu baru hukuman bisa dijalankan. Nah, semua proses itu baru berakhir Januari lalu.
Di antara semua kejahatan Aum Shinrikyo, serangan sarin di gerbong kereta tersebut adalah yang paling sadis. Lima anggota sekte naik ke tiga kereta di jalur yang berbeda sambil membawa gas sarin. Begitu masuk gerbong, mereka melobangi kantong berisi gas sarin itu dan meletakkannya begitu saja di lantai maupun rak barang.
Untung, sepertinya, terjadi kesalahan saat pembuatan gas saraf yang kali pertama dikembangkan Nazi tersebut sehingga efeknya tak seperti harapan.
Jika mereka meracik formulanya dengan benar, belasan ribu orang mungkin bakal meninggal. Terlebih, serangan dilakukan pada jam sibuk saat kereta tengah penuh.
Sebagian penduduk Jepang waswas dengan kematian Matsumoto. Mereka takut mantan pengikut sekte akan membalas dendam. Saat masih jaya dulu, sekte tersebut memiliki setidaknya 10 ribu pengikut di Jepang dan negara-negara lainnya.
Banyak di antaranya yang merupakan orang berpendidikan. Karena itu, penduduk berharap pemerintah menjaga keamanan sampai situasi benar-benar kondusif. (sha/c22/ano)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kenapa Jepang yang Lolos ke 16 Besar, Bukan Senegal?
Redaktur & Reporter : Adil