Peminat Hakim Agung Minim

Jumat, 22 Februari 2013 – 07:46 WIB
JAKARTA - Komisi Yudisial (KY) hari ini akan menutup pendaftaran seleksi calon hakim agung (CHA) 2013. Sayangnya, hingga menjelang penutupan antusiasme pendaftar masih sangat kecil. Setelah stagnan hanya 17 peserta selama beberapa hari, Kamis (21/2) pendaftar melonjak menjadi 55 orang. Padahal, KY menargetkan ada 100 CHA.

Juru Bicara KY Asep Rahmat Fajar berharap jumlah itu kembali meningkat hari ini. Dia yakin, seperti halnya pada seleksi-seleksi pejabat lain, selalu membeludak di akhir pendaftaran. ’’Sebenarnya dari jumlah itu (55 pendaftar) sudah cukup banyak,’’ ujarnya kepada Jawa Pos.

Target 100, kata Asep, merujuk pada jumlah pendaftar di seleksi tahun sebelumnya. Meski demikian, dia menyebut itu bukan patokan karena berapapun jumlahnya KY akan memroses. Asep menyebut kalau jumlah yang ada saat ini bias jadi pendaftar paling siap.

Seperti diwartakan, saat ini ada tujuh kursi kosong karena hakim agung pensiun, dipecat, atau melengkapi kekurangan seleksi sebelumnya. Antara lain jabatan lowong setelah Achmad Yamanie dipecat. Kemudian hakim agung Djoko Sarwoko pensiun (kamar pidana), Abdul Kadir Mappong (perdata), dan Paulus Effendi Lotulung (tata usaha negara). Begitu pula dengan posisi hakim yang ditinggalkan Nyak Pha (pidana), dan Muhammad Taufik (perdata). ’’Dari 55 pendaftar itu, 40 orang dari jalur karir dan 15 dari nonkarir,’’ jelasnya.

Sebelumnya, Wakil Ketua Komisi Yudisial (KY) Imam Anshari Saleh mengakui sulit mencari hakim agung. Sebab, orang lebih suka mendaftar sebagai anggota legislatif ketimbang CHA. Apalagi, syarat formalnya cukup berat. Seperti berpengalaman minimal 20 tahun di bidang hukum, lulusan S2 dari jalur karir, atau S3 untuk nonkarir.

Di tempat terpisah, Kabiro Hukum dan Humas MA Ridwan Mansyur menilai harus ada terobosan untuk merekrut calon hakim agung. Salah satu yang dikeluhkan adalah singkatnya waktu untuk melakukan uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) di DPR. Akhirnya, para calon tidak bisa memberikan pernyataan secara jelas dan gamblang.

Menurut Ridwan, waktu 1,5 jam untuk fit and proper test terlalu sedikit. Tidak sebanding karir yang sudah mereka bangun bertahun-tahun. Apalagi, kalau parlemen mulai mengungkit kesalahan CHA.

’’Harus ada terobosan baru. KY itu mencari hakim yang mau menjunjung tinggi harkat dan martabat hakim,’’ terangnya.

Dia menampik sepinya peminat calon hakim agung karena gaji yang rendah dibanding hakim tinggi. Alasannya, hakim agung diisi orang-orang yang berusia senja. Ridwan yakin, mereka sudah tidak terlalu memikirkan materi. (dim/oki)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Terlambat Update, Uang Pensiun Distop

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler