Peminat Sarjana Mengajar Kemendikbud Sepi

PTN Mulai Persiapkan Sertifikasi Guru

Rabu, 24 Juli 2013 – 07:11 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Beberapa tahun belakang, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengadopsi program sarjana mengajar yang dicetuskan Universitas Paramadina. Program itu dipakai pemerintah untuk menyuplai kekurangan guru di daerah terpencil, terluar, dan tertinggal (3T). Sayangnya peminat program ini sepi.

 

Di antara kampus negeri yang mendapatkan program sarjana mengajar di kawasan 3T (SM3T) adalan Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Rektor UNJ Bedjo Sujanto menuturkan, minat mahasiswa tingkat akhir yang ingin mengikuti program SM3T di kampusnya sangat rendah.

BACA JUGA: Mendikbud Klaim MOS Tetap Penting Dilaksanakan

"Tren di kampus-kampus perkotaan, apalagi di Jakarta, peminat program SM3T memang rendah," katanya di komplek UNJ kemarin.

BACA JUGA: Mendikbud Usut Kematian Siswi saat MOS

Bedjo mengatakan pendaftar program SM3T periode terakhir di UNJ hanya sekitar 200 orang. Sedangkan di kampus lain yang ada di luar Jawa, peminat program SM3T begitu besar. Bedjo sedang meneliti kenapa peminat program SM3T di kampus-kampus perkotaan sangat minim.

Padahal program ini cukup mulia, yakni menjadi guru di daerah tertinggal. Pemerintah juga menanggung biaya hidup serta memberikan komisi selama program SM3T.

BACA JUGA: Libur Lebaran Anak Sekolah 15 Hari

Perkiraan sementara Bedjo, minat mengikut program SM3T di kampus perkotaan rendah karena banyak alternatif pekarjaan lain. "Di perkotaan, lulusan FKIP (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, red) tidak semata-mata nanti bakal bekerja menjadi guru. Banyak alternatif pekerjaan lainnya jika di perkotaan," tandasnya.

Dia lantas membandingkan dengan pelamar SM3T di kampus-kampus negeri di Sumatera. Bedjo mengatakan jumlah pendaftar SM3T di PTN di Sumatera bisa mencapai ribuan pelamar di setiap kampus. Tingginya peminatan program SM3T di kampus-kampus daerah itu disebabkan karena alternatif pekerjaan untul sarjana pendidikan masih sedikit.

Bedjo mengakui program SM3T ini dalam jangka pendek bisa mengatasi kekurangan guru di daerah-daerah khusus. Tetapi untuk program jangka panjang, penyediaan guru di daerah-daerah 3T harus dijalankan secara reguler. Yakni menempatkan guru-guru tetap.

Selain itu  Bedjo juga memaparkan persiapan pelaksanaan sertifikasi guru (pelatihan dan latihan profesi guru/PLPG). Dia mengatakan UNJ merupakan salah satu PTN yang ditunjuk menjadi lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK). Tahun ini UNJ mendapatkan kuota peserta PLPG sebanyak 14 ribu guru.

Pelatihan untuk mendapatkan sertifikat pendidik itu dijalankan selama 10 jam per hari selama sembilan hari. Bedjo menuturkan empat jam diantara 10 jam per harinya ini akan diisi materi kurikulum 2013. "Kita sudah siap menjalankan PLPG. Kemungkinan pertengahan Agustus atau setelah lebaran," kata dia.

Kampus negeri lain yang ditunjuk menjalankan PLPG adalah Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Rektor UNY Rochmat Wahab mengatakan, kampusnya mendapatkan peserta PLPG sekitar 6 ribu guru.

"Kita bekerjasama dengan hotel. Peserta PLPG kita tempatkan di hotel," katanya. Keterangan itu sekaligus membantah bahwa selama ini kondisi asrama guru peserta PLPG buruk.

Rochmat mengatakan peserta PLPG di kampusnya didominasi guru TK dan SD. "Dosen-dosen pelatih PLPG sudah siap. Kami juga memulai pertengahan Agustus," tandasnya.

Peserta yang lulus PLPG berhak mendapatkan sertifikat pendidik. Guru yang telah mengantongi sertifikat pendidik dan memiliki beban mengajar minimal 24 jam tatap muka per pekan, berhak mendapatkan tunjangan profesi atau tunjangan sertifikasi.

Untuk guru PNS besaran tunjangan profesi adalah satu kali gaji pokok. Sedangkan guru swasta dipatok Rp 1,5 jua perbulan. (wan)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tolak Kenaikan SPP, Mahasiswa Unsyiah Mengamuk


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler