NORWEGIA - Studi terbaru para peneliti di Norwegian Institute of Public Health mengungkapkan pasangan suami istri peminum alkohol menunjukkan kecenderungan keluarga mereka berantakan di kemudian hari.
"Kemungkinan perceraian sangat tinggi. Meskipun hanya satu pihak saja dari pasangan itu yang sering menyentuh botol," ujar Fartein Ask Torvik peneliti dalam jurnal Alcoholism: Clinical & Experimental Research seperti dilansir Livescience (5/2).
Dijelaskan, risiko perceraian akan meningkat tiga kali lipat ketika suami yang merupakan seorang peminum alkohol rendah dan sang istri peminum berat, dibandingkan dengan pasangan yang jarang menyentuh alkohol. Para peneliti juga menemukan bahwa perempuan yang minum banyak alkohol lebih terpengaruh oleh asupan alkohol mereka daripada laki-laki. Hal ini dikarenakan tubuh wanita kurang mentoleransi minum-minuman berat.
"Konsumsi alkohol berlebihan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di sebagian besar negara Barat," ujar Ellinor F Mayor dari Norwegian Institute of Public Health.
Penyalahgunaan obat dan alkohol telah dikaitkan dengan kekerasan, hubungan yang kasar dan beberapa studi awal bahkan menunjukkan jika alkohol membuat otak lebih sulit untuk bangkit kembali dari pengalaman traumatis.
Mengingat efek seriusnya, sejumlah peneliti tertarik untuk mempelajari pengaruh alkohol pada pernikahan. Mereka menggunakan data dari 19.977 pasangan menikah yang berpartisipasi dalam studi kesehatan jangka panjang mulai tahun 1984 atau 1986. Pada awal penelitian, para pasangan menjawab pertanyaan tentang penggunaan alkohol dan tekanan mental. Para peneliti kemudian ditindaklanjuti selama 15 tahun ke depan, yang merekam pasangan bercerai.
"Pada dasarnya, minum alkohol lebih banyak semakin tinggi risiko perceraian," kata Torvik.
Karenanya, mereka menyarankan jika seseorang dengan penggunaan alkohol ringan atau sedang, namun memiliki pasangan peminum berat, harus mendorong pasangan itu untuk mengubah pola minum mereka ke tingkat ringan atau sedang jika perhatian utamanya agar pernikahan tersebut langgeng dan berkualitas baik. (esy/jpnn)
"Kemungkinan perceraian sangat tinggi. Meskipun hanya satu pihak saja dari pasangan itu yang sering menyentuh botol," ujar Fartein Ask Torvik peneliti dalam jurnal Alcoholism: Clinical & Experimental Research seperti dilansir Livescience (5/2).
Dijelaskan, risiko perceraian akan meningkat tiga kali lipat ketika suami yang merupakan seorang peminum alkohol rendah dan sang istri peminum berat, dibandingkan dengan pasangan yang jarang menyentuh alkohol. Para peneliti juga menemukan bahwa perempuan yang minum banyak alkohol lebih terpengaruh oleh asupan alkohol mereka daripada laki-laki. Hal ini dikarenakan tubuh wanita kurang mentoleransi minum-minuman berat.
"Konsumsi alkohol berlebihan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di sebagian besar negara Barat," ujar Ellinor F Mayor dari Norwegian Institute of Public Health.
Penyalahgunaan obat dan alkohol telah dikaitkan dengan kekerasan, hubungan yang kasar dan beberapa studi awal bahkan menunjukkan jika alkohol membuat otak lebih sulit untuk bangkit kembali dari pengalaman traumatis.
Mengingat efek seriusnya, sejumlah peneliti tertarik untuk mempelajari pengaruh alkohol pada pernikahan. Mereka menggunakan data dari 19.977 pasangan menikah yang berpartisipasi dalam studi kesehatan jangka panjang mulai tahun 1984 atau 1986. Pada awal penelitian, para pasangan menjawab pertanyaan tentang penggunaan alkohol dan tekanan mental. Para peneliti kemudian ditindaklanjuti selama 15 tahun ke depan, yang merekam pasangan bercerai.
"Pada dasarnya, minum alkohol lebih banyak semakin tinggi risiko perceraian," kata Torvik.
Karenanya, mereka menyarankan jika seseorang dengan penggunaan alkohol ringan atau sedang, namun memiliki pasangan peminum berat, harus mendorong pasangan itu untuk mengubah pola minum mereka ke tingkat ringan atau sedang jika perhatian utamanya agar pernikahan tersebut langgeng dan berkualitas baik. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Obesitas Turunkan Kadar Vitamin D Dalam Tubuh
Redaktur : Tim Redaksi