jpnn.com - BANJAR - Banyak cara dilakukan pemerintah daerah untuk mengatasi krisis listrik. Salah satunya dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.
Untuk mengatasi krisis listrik Pemkab Banjar menggarap sampah untuk dijadikan listrik. Program ini tidak saja bisa mengatasi krisis listrik tapi juga menjaga lingkungan agar tetap sehat.
BACA JUGA: Jadi Korban Kejahatan Online, Terlanjur Transfer, Bisa Diblokir
"Kami menyulap TPA yang dulunya kumuh, kotor, dan bau menjadi TPA yang nyaman, sehat dan malah menghasilkan listrik dan gas," kata Bupati Banjar Sultan H Khairul Saleh, kepada wartawan, Minggu (5/10).
Khairul Saleh juga mengungkapkan, program ini berawa dari tidak sanggupnya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) untuk menampung volume sampah. Akibatnya, sampah menumpuk dan menutupi bahu jalan raya.
BACA JUGA: Besok Ribuan Pelamar Mulai Jalani Ujian
Peningkatan volume sampah yang terus terjadi seiring dengan laju pertumbuhan penduduk, membuat paradigma pengelolaan sampah harus diubah. "Dulu paradigmanya hanya kumpul, angkut, buang. Akhirnya sampah menumpuk dan TPA tak sanggup menampung," ujar Khairul.
Dari permasalahan itu dibuatlah sistem pengelolaan baru dengan sejumlah rangkaian. Awalnya sampah sudah harus dipilah sejak dari rumah. Sampah dipilah mana yang bisa masuk bank sampah, dikumpulkan di TPST, lalu diangkut dan dipilah lagi di TPA, ditimbun, dan terakhir ditutup secara teratur.
BACA JUGA: Xenia Seruduk Tiga Motor dan Pejalan Kaki
Program ini dilaksanakan oleh Dinas Perumahan dan Permukiman Kabupaten Banjar, dengan menggandeng sejumlah Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) seperti KSM Berkat Tawakkal Sekumpul, KSM Kompas, maupun KSM Keraton.
Di setiap TPS disediakan bak sampah berbeda sesuai peruntukan, yakni untuk bak sampah plastik, bak gelas, bak logam, dan bak untuk kertas. KSM melakukan edukasi kepada masyarakat untuk melakukan pemilahan sampah sejak di rumah tangga, pasar, maupun toko/warung.
Bila masih kesulitan dalam memilih dan memilah sampah tersebut, minimal sampah dipisahkan antara sampah basah (mudah membusuk) dan sampah kering (plastik,kaleng dan lain-lain).
"Pemilahan sampah ini dibutuhkan karena sangat berkaitan erat dengan tujuan akhirnya, ini nanti sampah akan dijadikan apa," kata Khairul.
Salah satu yang telah berhasil dilaksanakan adalah pemanfaatan gas metan dari proses pembusukan sampah di TPA Cahaya Kencana, menjadi sumber energi terbarukan.
TPA yang berlokasi di Desa Padang Panjang Kecamatan Karang Intan ini memiliki luas area 28 hektare (16,5 ha sudah digunakan), dengan rata-rata produksi timbunan 150 meter kubik sampah per hari.
Gas metan yang sebelumnya terbuang sia-sia dan tidak termanfaatkan itu sekarang telah menghasilkan tenaga listrik 5000 KvA. "Bukan hanya listrik, tetapi juga ada bonus pasokan gas untuk rumah tangga. Sekarang sudah mengaliri gas untuk 55 KK. Target kami akhir tahun bisa mencapai 200 KK," ujar Khairul.
Ia menjelaskan, selama ini pengelolaan sampah tidak efektif karena dibuang ke sistem pembuangan sampah yang tercampur, sehingga sulit untuk dikelola dengan baik. Ini ditambah area TPA yang dibiarkan terbuka (open dumping).
"Gas yang dihasilkan akhirnya terbuang percuma ke udara. Selain sia-sia tentu saja sangat merusak lapisan ozon," katanya.
Padahal, sampah yang potensial menjadi tenaga listrik adalah yang berbahan organik, sehingga untuk memanfaatkannya memang harus dilakukan pemilahan sampah baik sampah kering maupun sampah basah. Sampah juga harus dikumpulkan dalam area timbun tersendiri (landfill). Sampah yang telah ditimbun di zona landfill di TPA inilah yang menghasilkan gas metan (CH4) yang dapat terbakar (flammable).
Gas yang telah terkumpul di dalam landfill selanjutnya dialirkan melalui pipa penyalur gas menuju instalasi penyulingan gas untuk memisahkan gas metan dengan air sehingga dapat dimanfaatkan.
Pemanfaatan gas metan terbukti berkontribusi positif bagi lingkungan, karena kandungan kalor dari gas metan relatif lebih rendah dibanding dengan gas alam, butana dan propana, akan tetapi masih lebih tinggi dari gas batubara. Selain itu pemanfaatan gas metan cukup ramah lingkungan, karena sumber bahannya memiliki rantai karbon yang lebih pendek bila dibandingkan dengan minyak tanah, sehingga gas CO yang dihasilkan relatif lebih sedikit.
Gas dari landfill sampah (mengandung metana atau CH4) adalah sumber energi berharga yang dapat dimanfaatkan dari sampah yang terbuang. "Sejauh ini pemanfaatan gas di TPA hanya melalui proses landfill, jadi tidak ada pembakaran melalui incinerator," kata Khairul.
Untuk upaya-upaya ini pemerintah dan masyarakat Kabupaten Banjar memperoleh penghargaan di tingkat nasional (Adipura dan Adipura Kencana). "Jadi ini merupakan kemenangan rakyat yang perlu kita pertahankan di tahun-tahun mendatang, dengan selalu berperilaku hidup sehat," pesan bupati dua periode ini. (abu/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hendak Disembelih, Kerbau Ngamuk Seruduk Seorang Kakek
Redaktur : Tim Redaksi