KUNINGAN - Meski Kabupaten Kuningan selama ini identik dengan bencana longsor, namun ternyata musibah banjir juga melanda kota berhawa sejuk tersebut. Tercatat sebanyak sepuluh rumah di dua kelurahan mengalami kerusakan cukup berat dalam musibah banjir yang menggemparkan masyarakat Kuningan, Jumat sore (6/4).
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) terus melakukan pendataan terhadap warga yang rumahnya rusak tersapu banjir bandang terbesar dalam sejarah Kota Kuda tersebut.
Ketua Pelaksana Harian BPBD, Drs Hidayat menerangkan, jumlah rumah yang mengalami kerusakan akibat bencana banjir Jumat sore itu mencapai 10 buah. Rinciannya, lima rumah berada di Kelurahan Kuningan, tiga rumah di Kelurahan Awirarangan dan 2 rumah milik warga Kelurahan Winduhaji, Kecamatan Kuningan. Dalam musibah banjir ini, satu warga dilaporkan tewas tersengat arus listrik. Kerugian material akibat banjir ini masih dihitung.
”Ada sepuluh rumah penduduk yang mengalami kerusakan parah, baik ringan, sedang maupun berat. Tadinya berjumlah sembilan, namun satu rumah lagi masuk laporan dari camat Kuningan tadi pagi. Kami terus melakukan pendataan di lokasi kejadian, dan mencatat kerusakan yang ditimbulkan oleh banjir. Mudah-mudahan, tidak ada lagi rumah warga yang mengalami kerusakan,” papar Hidayat kepada Radar Cirebon (grup JPNN), kemarin (7/4).
Ke-sepuluh rumah warga itu adalah milik Eko Tarna yang dihuni 8 jiwa. Kemudian rumah Irwan, Eno, Dana, Tati, Nurakhim, Dodi, Iman, Holil, serta Ooh. Mereka berasal dari tiga kelurahan yang terkena musibah bencana banjir. ”Untuk sementara data yang kami terima dan hasil pengecekan di lapangan, tercatat hanya sepuluh rumah yang mengalami kerusakan. Mungkin saja ada rumah lain yang rusak, dan kami menunggu laporannya,” sebut dia.
Hidayat mengatakan, pihaknya sudah melaporkan secara detail jumlah rumah yang mengalami kerusakan kepada Bupati H Aang Hamid Suganda. ”Kami sudah melaporkannya. Pak bupati juga sudah melakukan peninjauan ke lokasi, terutama bantaran sungai Citamba. Dari hasil kunjungan itu diketahui jika musibah banjir disebabkan beberapa faktor. Selain hujan yang deras juga saluran drainase kurang bagus,” katanya.
Menyangkut rumah warga yang berada di bantaran sungai Citamba, Hidayat menyatakan bahwa warga sebenarnya tidak keberatan untuk direlokasi ke lokasi yang lebih aman. ”Mungkin saja sepanjang bantaran sungai dikosongkan, dan rumah penduduk yang ada sebelumnya dibongkar. Itu merupakan kebijakan pemerintah. Warga sendiri setahu kami tidak keberatan jika direlokasi, asalkan tempat relokasinya juga layak,” ujar Hidayat.
Sementara keterangan berbeda disampaikan Camat Kuningan, Dra Eni Sukrasih MSi. Mantan camat Pancalang itu menegaskan bahwa musibah banjir itu meluluhlantakan 20 rumah di tiga kelurahan. Sebanyak 16 rumah mengalami rusak berat dan sisanya rusak ringan. Kelurahan yang paling menderita akibat musibah ini yakni Kelurahan Awirarangan. Di kelurahan ini, 13 jumlah rumah mengalami kerusakan. Bahkan rumah Holil Arisbaya temboknya jebol dihantam air bah.
”Berdasarkan pendataan di lapangan, ada 20 rumah yang mengalami kerusakan. Di Kelurahan Awirarangan 13 rumah, Kelurahan Kuningan sebanyak lima rumah dan dua rumah di Kelurahan Winduhaji. Kalau yang terendam sih lumayan banyak. Di Kelurahan Awirarangan saja ada 90 rumah warga yang terendam, dan Kelurahan Purwawinangun sekitar 40 rumah. Di Kelurahan Purwawinangun tidak ada yang mengalami kerusakan,” beber camat murah senyum itu.
Selain merusak rumah, kata dia, banjir juga menghancurkan fasilitas jalan. Beberapa ruas jalan mengalami kerusakan, terutama aspalnya mengelupas. Tak hanya itu, besi bagian samping jembatan di depan Toko Sembilan, Citamba hanyut terbawa air. ”Jumlah rumah yang rusak mencapai 20 dan yang terendam seratus lebih. Tadi pagi kami bersama Kodim dan warga melakukan bersih-bersih di sekitar lokasi bencana. Warga sendiri siap jika direlokasi,” ungkap Eni. (ags)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pesimis E-KTP Capai 100 Persen
Redaktur : Tim Redaksi