SURABAYA - Adanya janji dari pemerintah pusat untuk membantu realisasi trem di Surabaya tidak membuat pemkot berpangku tangan. Karena itu, ada atau tidaknya bantuan dari pusat, pemkot akan maju terus. Jika ternyata pemerintah pusat tidak jadi membantu biaya trem, pemkot sudah siap melelang proyek angkutan masal cepat (AMC) berupa monorel dan trem tersebut.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, pihaknya saat ini memang masih menunggu langkah pemerintah pusat. Bila nanti bantuan pusat tidak ada, pemkot sudah siap melelang proyek itu pada Juli ini.
Proyek AMC atau MRT (mass rapid transportation) tersebut senilai Rp 10 triliun. Perinciannya, untuk monorel sekitar Rp 8,5 triliun dan trem Rp 1,5 triliun. Dia mengatakan, jika jadi dibantu pusat, biaya pembangunan trem akan bersumber dari APBN. "Tapi, kami masih menunggu," jelasnya.
Namun, lanjutnya, jika sampai Juli mendatang tidak ada keputusan dari pemerintah pusat, pemkot tetap melanjutkan lelang kedua proyek AMC tersebut. "Nanti proyek sendiri-sendiri atau menjadi satu paket, bergantung pada tim lelang," jelasnya.
Dia mengatakan, tim lelang dibuat secara independen. Yakni, hanya ada unsur enam universitas terkemuka di Indonesia. Yakni, Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Airlangga (Unair), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Brawijaya (UB), dan Universitas Indonesia (UI). "Keenamnya akan menjadi tim lelang sekaligus menganalisis proses tender. Saya sudah membuat memorandum of understanding (MoU) dengan enam universitas tersebut," jelasnya.
Menurut Risma, pihaknya tidak ingin ikut campur secara mendalam pada proyek AMC. Dia hanya akan menjadi pengarah. Salah satunya harus ada fasilitas yang bermuatan lokal pada monorel dan trem tersebut.
Contohnya, harus ada tempat untuk pesepeda yang akan naik ke monorel dan trem. Dengan demikian, pengguna sepeda bisa membawa sepedanya sekaligus. Selain itu, harus ada semacam tempat menaruh barang atau keranjang. Hal itu dibutuhkan agar monorel dan trem terlihat bersih alias tidak ada barang bawaan yang justru mengganggu penumpang lain. "Arahannya seperti itu," paparnya.
Risma mengatakan, pemkot tidak akan mau mengambil penuh apa yang ada di luar negeri. Hal itu dinilai justru bisa mengurangi kegunaan monorel dan trem. "Saya menginginkan yang benar-benar bermanfaat untuk masyarakat banyak. Karena itu, harus ada model dan fasilitas yang bisa bermanfaat untuk masyarakat Surabaya," ujarnya.
Lagi-lagi dia memastikan bahwa pada Juli 2013 ini tidak akan ada penundaan lelang. "Semua sudah dipersiapkan sehingga buat apalagi ditunda. Pembangunan AMC ini sudah sangat urgen untuk Surabaya," jelasnya di Taman Makam Pahlawan Kusuma Bangsa. (idr/c2/end)
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, pihaknya saat ini memang masih menunggu langkah pemerintah pusat. Bila nanti bantuan pusat tidak ada, pemkot sudah siap melelang proyek itu pada Juli ini.
Proyek AMC atau MRT (mass rapid transportation) tersebut senilai Rp 10 triliun. Perinciannya, untuk monorel sekitar Rp 8,5 triliun dan trem Rp 1,5 triliun. Dia mengatakan, jika jadi dibantu pusat, biaya pembangunan trem akan bersumber dari APBN. "Tapi, kami masih menunggu," jelasnya.
Namun, lanjutnya, jika sampai Juli mendatang tidak ada keputusan dari pemerintah pusat, pemkot tetap melanjutkan lelang kedua proyek AMC tersebut. "Nanti proyek sendiri-sendiri atau menjadi satu paket, bergantung pada tim lelang," jelasnya.
Dia mengatakan, tim lelang dibuat secara independen. Yakni, hanya ada unsur enam universitas terkemuka di Indonesia. Yakni, Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Airlangga (Unair), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Brawijaya (UB), dan Universitas Indonesia (UI). "Keenamnya akan menjadi tim lelang sekaligus menganalisis proses tender. Saya sudah membuat memorandum of understanding (MoU) dengan enam universitas tersebut," jelasnya.
Menurut Risma, pihaknya tidak ingin ikut campur secara mendalam pada proyek AMC. Dia hanya akan menjadi pengarah. Salah satunya harus ada fasilitas yang bermuatan lokal pada monorel dan trem tersebut.
Contohnya, harus ada tempat untuk pesepeda yang akan naik ke monorel dan trem. Dengan demikian, pengguna sepeda bisa membawa sepedanya sekaligus. Selain itu, harus ada semacam tempat menaruh barang atau keranjang. Hal itu dibutuhkan agar monorel dan trem terlihat bersih alias tidak ada barang bawaan yang justru mengganggu penumpang lain. "Arahannya seperti itu," paparnya.
Risma mengatakan, pemkot tidak akan mau mengambil penuh apa yang ada di luar negeri. Hal itu dinilai justru bisa mengurangi kegunaan monorel dan trem. "Saya menginginkan yang benar-benar bermanfaat untuk masyarakat banyak. Karena itu, harus ada model dan fasilitas yang bisa bermanfaat untuk masyarakat Surabaya," ujarnya.
Lagi-lagi dia memastikan bahwa pada Juli 2013 ini tidak akan ada penundaan lelang. "Semua sudah dipersiapkan sehingga buat apalagi ditunda. Pembangunan AMC ini sudah sangat urgen untuk Surabaya," jelasnya di Taman Makam Pahlawan Kusuma Bangsa. (idr/c2/end)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Murid Hanya Empat, Terima Rp 400 Juta
Redaktur : Tim Redaksi