Pemprov Kalimantan Tengah Dukung Penuh FoLU Net Sink 2030

Kamis, 15 September 2022 – 03:43 WIB
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar mengatakan bahwa sejumlah pemimpin negara terkait G20 sangat mengapresiasi langkah Folu Net Sink 2030 yang merupakan program prioritas pemerintah. Foto: dok pribadi for JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Isu perubahan iklim tampaknya tak lagi hanya jadi perhatian Indonesia. Bahkan, hal ini juga menjadi perhatian dunia.

Sebagaimana diketahui, Indonesia menjadi ruan rumah dalam perhelatan KTT G20 di Bali, pada pertengahan November 2022 mendatang.

BACA JUGA: Amerika Nilai FoLU Net Sink 2030 Indonesia Penting Bagi Iklim

"Kami akan terus mendukung kebijakan pemerintah terkait program FoLU Net Sink 2030 soal perubahan iklim. Karena memang, isu ini bukan lagi permasalahan lokal atau nasional, melainkan dunia," ujar Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Tengah, Drs Nuryakin, usai menghadiri  acara workshop FoLU Net Sink 2030, di Palangka Raya.

Ia berharap, masyarakat juga memiliki peran agar program tersebut bisa berjalan sinergis sampai ke lapisan bawah.

BACA JUGA: Folu Net Sink 2030 Program Andalan Indonesia Atasi Perubahan Iklim

"Tentunya, kita berharap peran masyarakat dapat menjaga dan melakukan aksi agar FoLU Net Sink 2030 ini bisa tercapai, artinya memang ini kita lakukan bersama karena untuk masyarakat secara luas," tutupnya.

Sementara itu, Sekretaris Direkrorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan KLHK, Dr Hanif Faisol Nurofiq menjelaskan, bahwa FoLU Net Sink 2030 menjadi jawaban atas tantangan Indonesia sebagai negara yang ikut serta dalam program perubahan iklim.

BACA JUGA: KLHK Apresiasi Dukungan Pemda untuk FoLU Net Sink 2030

"Bahkan, PBB juga meminta kepada seluruh dunia agar meningkatkan ambisi soal perubahan iklim," ungkapnya.

Adapun  menurutnya, FoLU Net Sink menjadi strategi Indonesia dalam hal pengurangan emisi, terutama masalah hutan yang memiliki banyak memberikan kontribusi dalam pengurangan emisi.

"Kita ini bersyukur, hutan kita termasuk tiga terbesar di dunia, artinya dengan memanfaatkan potensi hutan saja kita bisa mencapai target penurunan emisi.

Menariknya, di negara-negara maju, banyak yang mengalami kesulitan mereduksi emisinya, karena apa... hutan mereka terbatas," tutup Hanif.

Sebagai informasi, sektor kehutanan dan penggunaan lahan disebut-sebut memiliki potensi penyumbang 60 persen dalam penurunan emisi yang ingin dicapai pada 2030 mendatang.

Selain itu, pemerintah juga telah menetapkan target untuk menurunkan emisi Gaz Rumah Kaca (GRK) sebesar 29 persen dengan kemampuan sendiri, dan 41 persen melalui dukungan internasional pada 2030. (dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler