Pemuda Demokrat: Pengkhianatan Pancasila Makin Masif

Rabu, 03 Oktober 2012 – 18:36 WIB
JAKARTA - Ketua Dewan Pembina Pemuda Demokrat Indonesia 1947, Edwin Henawan Soekowati, menegasksan, pengkhianatan nilai-nilai Pancasila masih terjadi hingga saat ini. Bahkan, pascatumbangnya Orde Baru pengkhianatan terhadap pancasila cenderung lebih masif.

“Hal itu dibuktikan dengan semakin rusaknya moral bangsa yang tidak memedulikan lagi arti penting Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” kata Edwin, kepada wartawan, di Jakarta, Rabu (3/10) menanggapi momen hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober.

Edwin menambahkan, hancurnya nilai-nilai Pancasila saat ini lebih dikarenakan bobroknya moral para pejabat penyelenggara negara.

Menurutnya, kondisi seperti ini sudah sangat mengkhawatirkan sehingga sangat berpengaruh terhadap kondisi negara yang berujung pada ketidakadilan.

“Yang dirugikan adalah rakyat jelata baik secara ekonomi, pendidikan, maupun hukum," katanya.

Dia menilai, pengkhianatan itu sudah mencakup seluruh sila yang ada di Pancasila. Sila Pertama, tegasnya, dikhianati dan terlihat seluruh elemen masyarakat baik di tingkat elite hingga "akar rumput" tampak sudah menjadi bagian dari penghianatan itu.

“Seperti soal lunturnya sikap toleransi beragama dengan munculnya konflik antar agama yang belakangan marak terjadi," jelasnya.

Seharusnya, kata dia, masyarakat bersikap saling menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda. “Sehingga terbina kerukunan hidup. Artinya, masyarakat atau siapapun, tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain," katanya.

Pengkhianatan terhadap sila keempat, kata Edwin, ditunjukkan dengan  munculnya fenomena saling mementingkan ego masing-masing. Harusnya, Edwin menegaskan,  para pemimpin lebih mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat ketimbang mengedepankan kepentingan pribadi. “Namun yang terjadi, para pejabat, melalaikan rakyatnya hanya karena mementingkan pribadinya," ujar dia.

Selain itu, ujarnya, para pemimpin harus mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan, dengan tujuan untuk kepentingan bersama melalui pencapaian mufakat yang diliputi semangat kekeluargaan. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Makelar Pajak Bhakti Investama Dituntut 5 Tahun Penjara

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler