jpnn.com - JAKARTA - Jenazah Mayang Prasetyo, Warga Negara Indonesia (WNI) transgender yang dibunuh di Australia urung dipulangkan dalam waktu dekat. Pihak kepolisian Australia masih menunggu sampel DNA keluarga Mayang yang dikirimkan oleh Mabes Polri. Jika dipastikan cocok, barulah jenazah Mayang dipulangkan.
Hal itu disampaikan Kapolri Jenderal Sutarman usai melantik sejumlah perwira tinggi Polri di Rupatama Mabes Polri kemarin. Sampel tersebut kemarin langsung dikirimkan ke Australia atas permintaan kepolisian setempat.
BACA JUGA: Mayang Jadi Korban KDRT
"Kami hanya membantu dari aspek laboratorium dan pemeriksaan," tutur Sutarman.
Pencocokan DNA tersebut untuk meyakinkan kepolisian Australia jika keluarga Mayang memang tinggal di Indonesia. Hingga saat ini, kepolisian Australia baru bisa memastikan jika Mayang adalah WNI. Sedangkan, informasi mengenai keluarganya belum didapat.
BACA JUGA: Berbaju Pelindung Tetap Tertular Ebola
Dengan pengiriman DNA tersebut, pihaknya berharap identifikasi perempuan yang dulu bernama Febri Andriansyah itu bisa segera tuntas. Jenazah Mayang juga bisa segera dipulangkan ke Bandar Lampung untuk dimakamkan.
Sebagaimana diberitakan, Mayang dibunuh, lalu dimutilasi dan direbus oleh suaminya, Marcus Peter Volke di apartemen di Teneriffe, Brisbane, Australia. Marcus pun belakangan bunuh diri setelah dikejar polisi. Dalam proses identifikasi awal, terungkap jika Mayang adalah WNI.
BACA JUGA: Transparansi Dibatasi, Twitter Gugat Depkeh
Sementara itu, pihak kepolisian Australia sendiri hingga kini masih belum dapat memastikan motif pembunuhan yang diduga dilakukan pada Kamis (2/10) malam lalu itu. Pihak kepolisian hanya menduga pembunuhan dilandasi oleh kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Melihat kondisi ini, psikolog Astrid Wiratna menuturkan jika kemungkinan itu sangat besar. Pertengkaran dalam sebuah hubungan yang begitu besar dapat memicu seseorang untuk melakukan tindakan di luar batas. Terlebih, bagi mereka pasangan sesama jenis yang biasanya memiliki sifat posesif sangat tinggi.
"Mereka biasanya memiliki hubungan yang lebih intens, lebih posesif. Sehingga jika ada masalah, pasti akan direspon secara berlebihan," tutur Astrid saat dihubungi kemarin.
Terlebih, lanjut dia, jika menyangkut adanya orang ketiga atau rasa cemburu.
Menurutnya, respon secara berlebihan itu disebabkan karena rasa takut kehilangan yang begitu besar dalam hubungan mereka. Minimnya jumlah mereka membuat sebuah pasangan sesama jenis akan sangat menjaga pasangan mereka.
Sementara terkait sifat Mayang yang dikatakan oleh sang ibu, sangat temperamental. Astrid mengatakan, bahwa sifat pemarah itu tidak berkorelasi dengan rasa yang ia miliki terhadap sesama jenis.
"Namun sejauh ini, memang untuk pasangan sesama jenis ini akan sangat keras jika ada masalah. Karena rasa takut kehilangan tadi," jelasnya. (byu/mia)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Paramedis Rentan Tertular Ebola
Redaktur : Tim Redaksi