MATARAM-Ekonomi Kota Mataram terus menggeliat. Hal ini juga diikuti perkembangan sektor usaha dan jasa, seperti munculnya hotel-hotel baru. ‘’Iya, jumlah hotel memang terus bertambah,’’ kata Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) NTB I Gusti Lanang Patra pada Lombok Post (Grup JPNN).
Namun, Lanang mengatakan, kemunculan hotel baru di Kota Mataram harus dikontrol. Itu untuk menyesuaikan tingkat hunian dengan jumlah hotel yang ada. Karena saat jumlah hunian lebih sedikit dari jumlah kamar yang tersedia, dapat memicu perang tarif. ‘’Hotel satu dengan yang lain berlomba-lomba menurunkan harga. Karena memang tingkat kunjungan tidak sebanyak kamar yang ada,’’ terangnya.
Dikatakan, hotel-hotel yang ada saat ini, cenderung menyediakan fasilitas meeting, incentive, convention, and exhibition (MICE). Sehingga, ketika hotel baru bermunculan harus diimbangi mendatangkan wisatawan. ‘’Jangan sampai oversuplay karena banyaknya kamar,’’ tegasnya.
Ditambahkan, PHRI berharap, pemerintah tetap memperhitungkan dengan baik untuk penambahan hotel. Hotel di Kota Mataram cenderung bergantung pada event nasional. ‘’Tidak hanya ketika ada event nasional kekurangan kamar, lalu nambah hotel. Seperti saat ini (Januari-Februari) hunian hotel di Kota Mataram hanya 20-30 persen,’’ imbuhnya.
Terpisah, Kabag Humas Pemkot Mataram Cukup Wibowo (CW) yang dikonfirmasi mengatakan, perkembangan sektor jasa dan usaha di Kota Mataram memang begitu bagus. Pemerintah pun membuka ruang untuk masuknya investasi. ‘’Kebutuhan hunian hotel di Kota Mataram terus tumbuh, makanya perlu ada hotel baru yang muncul,’’ katanya.
CW menambahkan, kemunculan hotel baru tetap melalui regulasi yang ada. Sebagai wilayah potensial MICE, peningkatan hunian kamar dibutuhkan. Terlebih, tahun ini banyak event nasional yang akan digelar di Kota Mataram. ‘’Soal persaingan tarif, saya rasa sudah ada regulasi dari organisasi terkait. Hadirnya banyak hotel, memberi banyak pilihan bagi wisatawan,’’ sambungnya.(feb)
Namun, Lanang mengatakan, kemunculan hotel baru di Kota Mataram harus dikontrol. Itu untuk menyesuaikan tingkat hunian dengan jumlah hotel yang ada. Karena saat jumlah hunian lebih sedikit dari jumlah kamar yang tersedia, dapat memicu perang tarif. ‘’Hotel satu dengan yang lain berlomba-lomba menurunkan harga. Karena memang tingkat kunjungan tidak sebanyak kamar yang ada,’’ terangnya.
Dikatakan, hotel-hotel yang ada saat ini, cenderung menyediakan fasilitas meeting, incentive, convention, and exhibition (MICE). Sehingga, ketika hotel baru bermunculan harus diimbangi mendatangkan wisatawan. ‘’Jangan sampai oversuplay karena banyaknya kamar,’’ tegasnya.
Ditambahkan, PHRI berharap, pemerintah tetap memperhitungkan dengan baik untuk penambahan hotel. Hotel di Kota Mataram cenderung bergantung pada event nasional. ‘’Tidak hanya ketika ada event nasional kekurangan kamar, lalu nambah hotel. Seperti saat ini (Januari-Februari) hunian hotel di Kota Mataram hanya 20-30 persen,’’ imbuhnya.
Terpisah, Kabag Humas Pemkot Mataram Cukup Wibowo (CW) yang dikonfirmasi mengatakan, perkembangan sektor jasa dan usaha di Kota Mataram memang begitu bagus. Pemerintah pun membuka ruang untuk masuknya investasi. ‘’Kebutuhan hunian hotel di Kota Mataram terus tumbuh, makanya perlu ada hotel baru yang muncul,’’ katanya.
CW menambahkan, kemunculan hotel baru tetap melalui regulasi yang ada. Sebagai wilayah potensial MICE, peningkatan hunian kamar dibutuhkan. Terlebih, tahun ini banyak event nasional yang akan digelar di Kota Mataram. ‘’Soal persaingan tarif, saya rasa sudah ada regulasi dari organisasi terkait. Hadirnya banyak hotel, memberi banyak pilihan bagi wisatawan,’’ sambungnya.(feb)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pencarian Lima Mahasiswa Masih Nihil
Redaktur : Tim Redaksi