Penanganan Bahaya Karhutla dan Covid-19 Harus Berfokus Pada Mitigasi

Kamis, 13 Agustus 2020 – 23:34 WIB
Karhutla yang terjadi di Gunung Sunda, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Foto: Aditya Rohman/Antara

jpnn.com, JAKARTA - Bahaya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) kembali mengancam dan kali ini datang bersamaan dengan pandemi virus corona (covid-19).

“Menghadapi karhutla tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya karena kita menghadapi pandemi Covid-19 juga,” kata Kepala BNPB Doni Monardo dalam Katadata Forum Virtual Series bertajuk Ancaman Karhutla dan Covid-19 di Masa Pandemi, Kamis (13/8).

BACA JUGA: Polres Majalengka Siap Antisipasi Karhutla

Dia menambahkan, perlu ada upaya lebih serius dan optimal untuk menyampaikan ke seluruh lapisan masyarakat.

“Jangan ada yang membiarkan terjadinya kebakaran,” sambung Doni.

BACA JUGA: Cegah Karhutla, Pemerintah Mewaspadai Periode Juli hingga Oktober

Doni menjelaskan, fokus BNPB tahun ini akan lebih banyak turun langsung ke unsur-unsur masyarakat untuk mencegah terjadinya karhutla.

“Pencegahan merupakan langkah terbaik,” kata dia.

Merujuk Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2020 tentang Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan, Doni menjabarkan ada tiga langkah preventif yang akan didorong.

Pertama, mengembalikan kodrat gambut yang basah, berair, dan berawa. Kedua, mengubah perilaku agar masyarakat mengintervensi pihak yang berupaya membakar lahan untuk membuka lahan.

Ketiga, membentuk satgas di setiap daerah untuk memantik kepedulian dalam penanganan bencana.

Sementara itu, Yayasan Madani Berkelanjutan mengambil inisiatif untuk melakukan analisis mengenai pemetaan area rawan terbakar (ART) dan area potensi terbakar (APT). 

Data yang dikumpulkan dan diolah kemudian disilangkan dengan data indeks kewaspadaan provinsi (IKP) dari Kawal Covid-19 untuk memetakan besaran ancaman karhutla dan covid-19 di berbagai daerah.

 

“Serangan ganda karhutla dan covid-19 ini telah nyata di depan mata,” ujar Direktur Eksekutif Yayasan Madani Berkelanjutan Muhammad Teguh Surya.

Menurut Teguh, perlu ada kerja sama dan komitmen yang serius dari semua pihak dalam mencegah berulangnya kejadian karhutla, baik pada tahun ini maupun tahun mendatang.

“Perlu upaya untuk menghentikan bencana karhutla dengan berfokus pada upaya pemullihan lahan gambut dan menghentikan pengrusakan hutan,” kata Teguh.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P3ML) Wiendra Waworuntu menerangkan, pada masa karhutla akan timbul dampak kesehatan dalam munculnya infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).

“Dampaknya kalau masa kebakaran hutan, ada beberapa jurnal yang mengatakan terjadi peningkatan juga kasus covid-19 di udara panas, yang akan berdampak pada peningkatan kasus,” kata Wiendra.

Dia menjelaskan karhutla meningkatnya peluang virus melayang lebih lama di udara karena adanya aerosol yang diciptakan asap.

Oleh sebab itu, respons penanggulangan pada wilayah yang mengalami kebakaran hutan dan lahan menjadi penting.

Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji menyebut penegakan hukum dan pemberian sanksi kepada perusahaan yang di lahan konsesinya terdapat titik api.

Di sisi lain, pelibatan masyarakat dalam menjaga dan pemanfaatan lahan gambut juga ditekankan menjadi salah satu kunci dalam mendukung upaya pencegahan karhutla.

“Sebenarnya kalau mau melibatkan masyarakat dalam menjaga dan memanfaatkan lambut kita harus mulai konsep membangun desa,” katanya. (jos/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler