jpnn.com, JAKARTA - Pemilihan presiden 2019 butuh kehadiran tokoh baru di luar nama-nama yang selama ini muncul sebagai kandidat calon presiden.
Hal ini agar masyarakat juga punya alternatif pilihan lain yang dinilai cukup baik untuk memimpin Indonesia periode 2019-2024.
BACA JUGA: Tepat! Golkar Usung Jokowi, Setnov jadi Cawapres
"Memang sekarang orang itu belum terlihat. Nah ini yang harus didorong oleh media massa, masyarakat sipil dan lain-lain mencari tokoh baru," ujar peneliti dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes kepada JPNN, Sabtu (27/5).
Menurut Arya, penantang terberat Jokowi pada pilpres mendatang masih Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto.
BACA JUGA: Ini Tokoh Militer, Ekonom, Islam, Dianggap Cocok Dampingi Capres Jokowi
Namun sayangnya popularitas mantan Danjen Kopassus tersebut dinilai stagnan.
"Saya kira ini pekerjaan rumah (bagi Prabowo,red) yang harus dijawab bagaimana mengakhiri stagnasi ini. Paling tidak agar massa pendukungnya di pilpres 2014 lalu bisa dipertahankan," ucap Arya.
BACA JUGA: Andai Setya Novanto Dampingi Jokowi di Pilpres 2019...
Saat ditanya peluang Jusuf Kalla maju pada pilpres 2019 mendatang, Arya menilai kecil kemungkinan mampu melawan Jokowi.
Apalagi basis suara JK lemah di Pulau Jawa dan hanya punya basis suara di sebagian wilayah Indonesia timur.
"Suaranya (pendukung JK,red) paling 10-15 persen. Jadi sangat berat untuk melawan Jokowi di Pulau Jawa," kata Arya.
Bagaimana sekiranya JK berpasangan dengan Prabowo? Arya juga menilai hal tersebut sulit untuk terwujud. Pasalnya, JK diketahui telah dua kali menjabat sebagai wakil presiden. Karena itu sepertinya tidak mungkin aka kembali maju sebagai calon presiden.
Sementara Prabowo sebelumnya sudah maju sebagai calon presiden, sehingga kecil kemungkinan bersedia maju sebagai calon wakil presiden di 2019 mendatang.(gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Panglima TNI Tak Bisa Tidur Gara-Gara Perintah Jokowi
Redaktur & Reporter : Ken Girsang