BACA JUGA: Bola Raksasa, Hingga The Conqueror
Rickshaw naik daun karena dianggap lebih murah dibandingkan menggunakan tenaga kuda.Rickshaw kemudian berkembang ke luar Jepang, seperti di India, Bangladesh, Pakistan, Hongkong dan tak ketinggalan Afrika Selatan (Afsel)
BACA JUGA: Pesta Bir Dulu, Menang Kemudian
Seperti yang ada di South Coast, Durban.Di dekat FIFA Fan Fest Durban, tepatnya di deretan PKL depan Hotel Garden Court, seorang penarik rickshaw berteriak-teriak mencari penumpang
BACA JUGA: Baju Oranje Rancangan Sendiri
Usianya sudah setengah baya lebih, tapi fisiknya masih terlihat primaAntara tertarik dan iba, saya lalu menggunakan jasa VincentBerhubung rickshaw berkapasitas dua orang, saya mengajak satu teman dari wartawan Jakarta.Sebelum naik, saya dan Vincent bernegosiasi soal hargaVincent mengatakan tarifnya hanya 20 Rand (Rp 24 ribu) tiap orang atau total 40 Rand (Rp 48 ribu)Rutenya adalah sepanjang deretan PKL bolak-balikYah, paling-paling tidak sampai 500 meterBegitu deal, saya dan teman dari Jakarta langsung menaikinya.
Agar momen itu bisa diabadikan, saya meminta seorang teman wartawan Indonesia lainnya yang kebetulan ada di dekat situ untuk mengambil gambar dari kamera sayaTentu saja, saya meminta jepretannya lebih fokus ke arah sayaNamun, apa yang saya inginkan itu menemui kendala gara-gara Vincent.
Ya, Vincent ternyata ikut-ikutan minta fotoDia bahkan terkesan gila foto, karena menghalangi kamera yang diarahkan kepada sayaKarena sibuk bergaya bak model dadakan itulah, Vincent kerap overacting dengan melepas pegangan rickshaw sehingga teman wartawan yang duduk di sebelah saya menjerit-jerit karena ketakutan.
Teman saya itu lalu meminta Vincent menghentikan rickshaw-nyaAlhasil, dari jarak 500 meter yang seharusnya kami tempuh, hanya terealisasi sekitar 100 meter sajaBegitu turun, teman saya langsung ngomel kepada VincentYang bersangkutan hanya cengar-cengir dengan wajah seakan tidak berbuat salah.
Kami kembali dibuat kesal oleh Vincent ketika membayar tarif rickshaw-nyaSebab, saya dan teman saya yang semula hanya perlu membayar 40 Rand, tiba-tiba ditagih 70 Rand (Rp 84 ribu)"Lho, kok harganya bisa naik begitu?" begitu yang saya dan teman saya ucapkan seakan serempak tanpa dikomando.
Vincent lalu memberikan rincian bahwa tarif per orang menjadi 30 Rand alias naik sepuluh RandItu karena teman saya meminta berhenti mendadak, sekaligus tips baginya karena saya dan teman saya merupakan pelanggan terakhirnya hari ituJam menunjukkan pukul 17.25 waktu setempat yang memang jam pulang Vincent dari kerjanya.
Lalu, yang sepuluh Rand (Rp 12 ribu)? "Itu karena Anda memotret sayaOrang yang diambil gambarnya kan berhak mendapatkan uang," kata Vincent bergaya bak artisKarena ogah berdebat dan disebut pelit, saya dan teman saya mengikhlaskannyaVincent pun bersorak gembira dan mengucapkan terima kasih.
Vincent mengaku bahwa uang yang didapat dari pekerjaan yang dilakoninya selama delapan tahun terakhir itu tidak seberapaSekalipun ada even Piala Dunia, penghasilannya per hari rata-rata berkisar antara 100-180 Rand (Rp 120-216 ribu)Karena itu, "uang tambahan" dari saya dan teman saya sangat berarti baginya(*)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kaus Asli Jerman dengan Harga Miring
Redaktur : Tim Redaksi