Sekelompok pencari suaka yang melakukan unjuk rasa membangun barikade di dalam kompleks pusat penahanan di Pulau Manus dan tidak membolehkan petugas masuk. Mereka juga mengaku tidak diberi makan dan minum.
BACA JUGA: Seorang Nenek Digigit Ular di Tempat Tidur
Pencari suaka yang melakukan unjuk rasa di komplek delta di Pusat Pemrosesan Pulau Manus menempatkan kotak didepan pintu masuk untuk menghalangi petugas keamanan dan pegawai pemerintah masuk ke komplek itu.
BACA JUGA: Garap Efek Visual Xmen, Animator Adelaide Masuk Nominasi Oscar 2015
"Warga di Komplek Delta takut dengan petugas," kata salah seorang pencari suaka.
Sementara itu pencari suaka di Komplek Oscar sebelumnya juga melakukan barikade namun staf keamanan berhasil masuk ke kawasan tersebut.
BACA JUGA: Demi Kulit Kecoklatan, Keturunan Asia di Australia Abaikan Resiko Kanker Kulit
Para pencari suaka juga mengaku mereka tidak diberi makanan dan air. Mereka juga sempat menunjukan foto-foto dimana sejumlah pencari suaka pria terpaksa harus menggali tanah di bawah pagar agar bisa mengambil peti berisi botol air yang ditempatkan di luar kompleks.Juru bicara Kementerian Imigrasi, Peter Dutton mengatakan pemerintah memastikan kalau makanan dan air bagi pencari suaka tetap tersedia. "Namun demikian, layanan yang normal dan pasokan kebutuhan ditempat-tempat tertentu di pusat pemrosesan itu sedang terganggu oleh perilaku beberapa penyalur. Layanan normal sudah siap berlanjut di daerah-daerah segera setelah situasi memungkinkan," kata juru bicara itu. Sebuah sumber di pemerintahan PNG juga membantah para pencari suaka tidak diberikan makanan dan air. Sumber itu mengatakan para petugas di Pusat Pemrosesan di Pulau Manus telah berkomunikasi dengan para pengunjuk rasa untuk menyelesaikan ketegangan dan tidak berusaha untuk memaksa masuk ke barikade yang dibuat oleh pengunjuk rasa didalam kamp tersebut," menurut salah seorang sumber. Beberapa pengunjuk rasa yang tidak mau terlibat dalam protes ini telah dipindahkan ke bagian lain di fasilitas yang terdapat di Pulau Manus. Pada Hari Minggu (18/1), Koalisi Aksi Pencari Suaka menerbitkan surat terbuka yang diklaim telah ditandatangani oleh 80 pencari suaka di Kompleks Foxtrot. "Ini merupakan bencana yang pasti terjadi, tolong cegahlah bencana tersebut, Pemerintah Australia berencana memukimkan kami di Papua Nugini dan itu tidak sesuai dengan keinginan kami, kami dipaksa untuk menyetujui rencana itu," demikian tulis surat tersebut. "Kami tidak ingin dimukimkan di PNG karena wilayah ini tidak aman dan disini tidak ada masa depan bagi kami maupun keluarga kami," "Hari ini kami menganggap diri kami sebagai sandera dari Pemerintah Australia sehingga mereka bisa memutuskan tidak boleh ada warga lain yang datang ke Australia," Protes ini dimulai sejak Kamis lalu, dan tampaknya dipicu oleh rencana pemindahan lebih dari 50 orang pria yang telah mendapat status pencari suaka ke pusat transir di dekat kota utama di Pulau Manus. Pemerintah Australia dan Papua Nugini menyatakan "perilaku tidak sesuai" tidak akan mengubah keputusan yang mereka ambil terkait penanganan pencari suaka yang kini ditahan di fasilitas yang dikelola Pemerintah Australia tersebut. Pemimpin Oposisi, Bill Shorten mengatakan pemerintah perlu menjelaskan kepada warga Australia mengenai apa yang tengah terjadi di Pulau Manus. "Saya kira mayoritas dari warga Australia sudah muak dan lelah dengan budaya kerahasiaan mengenai apa yang terjadi di Pulau Manus," kata Bill Shorten. "Kita perlu menerapkan kebijakan yang tepat mengenai istilah menghalangi para penyelundup manusia. Orang yang masuk dalam pengasuhan Australia harus diperlakukan dengan benar,"
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dideportasi Australia, Pria Malaysia Ini Diduga Anggota ISIS