Pencetak Hafiz dari Kampung Tanaka

Kamis, 17 Mei 2018 – 16:07 WIB
Ustaz Agus Imam Bukhori tengah bersama santri-santrinya yang melakukan murojaah, Rabu (16/5). Foto Radar Malang/JPNN.com

jpnn.com, MALANG - Di Malang Raya, ada sejumlah pondok pesantren (ponpes) yang berdiri di kawasan minoritas umat muslim.

Salah satunya Pondok Pesantren (Ponpes) Tahfidzul Qur’an Putra Putri Al Falah, Desa Bangelan, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

BACA JUGA: Masjid Mujahidin, Simbol Perjuangan Syuhada TNI Angkatan Laut

===============================
Indra Mufarendra - Radar Malang
===============================

Desa Bangelan hanya berjarak beberapa kilometer dari kompleks Makam Gunung Kawi. Di desa ini, terutama di Dusun Arjomulyo, masih banyak ditemukan masyarakat yang menganut kepercayaan kejawen.

BACA JUGA: Masjid Sunan Ampel yang Pengunjungnya sampai 100 Ribu per Hari

Karena itu, sulit untuk menemukan lembaga pendidikan Islam di sini. Bahkan, Pondok Pesantren (Ponpes) Tahfidzul Qur’an Putra Putri Al Falah menjadi satu-satunya yang berdiri di sana.

Lokasi pondok ini sedikit tersembunyi di tengah-tengah areal perkebunan. Kompleks pondok ini terdiri atas dua bangunan. Yakni, sebuah rumah yang ditempati pengasuh pondok dan keluarganya. Serta masjid yang lantai dasarnya menjadi kamar untuk para santri.

BACA JUGA: 3 Poin Ramadan untuk Perangi Terorisme

Ada satu aktivitas rutin yang dilakoni para santri setiap hari. Seperti yang terlihat Rabu siang (16/5). Setelah salat Duhur berjamaah, para santri, baik putra maupun putri, melafalkan ayat suci Alquran.

Ada yang melafalkan dengan membaca Alquran, ada pula yang tanpa membaca Alquran.

”Ini namanya murojaah. Jadi, mereka mengulangi hafalan. Untuk santri yang baru, mereka hafalannya masih sambil membaca Alquran,” kata Ustad Agus Imam Bukhori, pengasuh Ponpes Tahfidzul Qur’an Putra Putri Al Falah.

Agus mengungkapkan, ponpesnya baru setahun ini berdiri. ”Tepatnya sejak awal Ramadan tahun lalu,” kata pria berusia 43 tahun ini.

Sebelum mendirikan pondok sendiri, Agus menjadi guru mengaji di Tempat Pendidikan Al Qur’an (TPQ) Desa Kluwut, Kecamatan Wonosari, yang terhitung masih bertetangga dengan Desa Bangelan.

”Sejak menikah, saya menjadi guru mengaji untuk anak-anak kampung di desa itu,” kata Agus yang menikah dengan Maslahah pada 2002 silam.

Seiring berjalannya waktu, santri yang belajar pada Agus makin banyak. ”Musala Kluwut yang biasa kami gunakan sampai tidak muat,” ungkap dia.

Hingga ada salah seorang wali santri yang menyarankan Agus untuk membuka ponpes sendiri. Apalagi, ada orang yang bersedia mewakafkan tanahnya seluas 612 meter persegi untuk ponpes. Meski sudah ada lahan, sang istri sempat ragu pada awalnya.

”Dia bilang, bagaimana membangun ponpesnya? Bagaimana cari makannya?” ujar dia.

Dia pun lantas memberikan jawaban untuk meyakinkan istrinya. ”Allah yang mencukupi. Kalau Allah mengizinkan, gak akan sulit,” kata Agus yang pernah menimba ilmu di 12 ponpes antara 1991–2001 itu.

Dan terbukti, donatur terus berdatangan. Baik dari perorangan maupun lembaga. Juga ada bantuan dari pemerintah daerah untuk pembangunan masjid ponpes.

Meski bangunan ponpes sudah berdiri, tidak lantas semuanya langsung berjalan mulus. Agus mengaku pada mulanya ada orang-orang yang tidak suka dengan keberadaan pondok di tengah lingkungan mereka.

Dia sadar bahwa Dusun Arjomulyo itu masih banyak warga yang menganut ajaran yang berbeda dengan dirinya.

”Di awal, banyak yang menaruh curiga dengan kami. Bahkan, sampai ada yang mengintai,” jelas jebolan Ponpes Al Huda Sumberpucung ini.

Tapi, Agus selalu berusaha menjaga hubungan dengan masyarakat sekitar. ”Ya, hubungan kami biasa-biasa saja. Sejauh ini, alhamdulillah tidak pernah ada masalah. Kami memang jarang ikut rapat-rapat musyawarah yang digelar warga. Tapi, kalau ada kegiatan seperti bersih-bersih desa, kami juga ikut. Begitu pun kalau ada tarikan untuk kegiatan,” jelas dia.

Bapak tiga anak ini menyatakan, dirinya ingin fokus membesarkan pondok. Yakni, mencetak para penghafal Alquran di Dusun atau Kampung Tanaka.

Tanaka adalah nama lain dari Dusun Arjomulyo. Diambil dari nama orang Jepang yang memindahkan sejumlah warga Kecamatan Singosari ke daerah yang kini bernama Dusun Arjomulyo itu. (***)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Patroli Sahur yang Menghibur


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler