jpnn.com - Pada 5 Februari 2024, Khansa Syahlaa (17) siswi kelas 12 Labschool Jakarta berhasil mengibarkan bendera merah putih di puncak Aconcagua, Argentina.
Gunung dengan ketinggian 6962 MDPL ini merupakan puncak tertinggi di benua Amerika Selatan.
BACA JUGA: Dari Palu Ganjar Doakan Warga Sumbar & Pendaki Korban Erupsi Gunung Marapi
Bagian dari program World 7 Summits Khansa yang bertujuan untuk mengibarkan bendera merah putih di tujuh puncak tertinggi dunia.
Ekspedisi Aconcagua sendiri memakan waktu 15 hari dan penuh dengan tantangan. Cuaca buruk di puncak sempat memaksa anak ke-2 dari 3 bersaudara ini untuk menunda summit dari tanggal 4 Februari ke 5 Februari 2024.
BACA JUGA: Sukses Mendaki Puncak Gunung Rinjani, Nenek 71 Tahun asal Bekasi Meraih Penghargaan MURI
Pada hari ke-12 Khansa yang ditemani ayahnya Aulia Ibnu (50 tahun) memulai pendakian puncak pada pukul 05.45 pagi dengan suhu minus 10 derajat celsius.
Medan tanjakan yang berbatu dan berpasir disertai hempasan angin dingin menjadi rintangan yang harus dilewati. Tepat pukul 14.05 waktu setempat, mereka berhasil mencapai puncak.
BACA JUGA: Malam Tahun Baru, Hasto Mendaki Gunung Agung Mendoakan Bu Mega dan Pak JokowiÂ
“Kami sudah bersiap attack summit sebetulnya tanggal 4 February, tapi ternyata kecepatan angin tinggi banget dan hujan es terjadi di puncak menurut forecast. Akhirnya kami putuskan untuk menunda summit tanggal 5 February, karena meski puncak adalah tujuan tapi keselamatan tetap mesti diprioritaskan. Alhamdulillah berhasil, terharu banget. Karena pendakian ini betul-betul memakan waktu persiapan dan perjuangan baik fisik dan mental yang luar biasa,” kata Khansa.
Khansa dan tim bahkan hanya memiliki waktu 10 menit untuk berfoto di puncak karena cuaca buruk yang diperkirakan akan terjadi.
Ternyata perhitungan tim mereka tepat, sekitar 30 menit setelah turun dari puncak, cuaca cerah pun berganti. Langit menjadi mendung gelap dan hujan es turun terus-menerus.
Saat itu mereka harus turun melalui jalur terjal berbatu, berpasir dengan jarak pandang hanya 10 meter. Cuaca dingin yang menusuk tulang membuat ujung jari-jari tangan mereka hampir tidak dapat dirasakan lagi.
Dengan terus berdzikir dan tekad yang kuat. mereka berjalan tanpa henti selama 4 jam dan akhirnya tiba kembali ke camp 3 Colera di ketinggian 6.000 mdpl.
“Pendakian Aconcagua ini penuh dengan tantangan, namun berkat doa dan support dari semua pihak, saya berhasil mencapai puncak dan mengibarkan bendera merah putih di sana. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada yang telah membantu kami dalam pendakian ini, termasuk Kementerian Pemuda dan Olahraga, Kemenparekraf, Labschool Jakarta, Eiger Adventure, semua sponsor dan teman-teman di tanah air." tambahnya.
Sementara itu Aulia, yang selalu mendampingi Khansa dalam ekpedisi 7 Summits ini juga mengatakan bahwa pendakian Aconcagua ini adalah salah satu pendakian terberat yang pernah ia jalani.
“Medannya ini kalau mau dibilang berat ya masuk berat banget. Karena dingin sekali, minus 10 derajat. Jaket berapa lapis juga tetap tembus. Tambah lagi diguyur hujan es.non stop, Subhanallah. Kita juga harus patuh dan displin dengan guide, ngga bisa salah perhitungan atau mementingkan ego. Misalnya kalau sakit, atau ga patuh bisa langsung diturunkan paksa oleh guidenya. Karena ini menyangkut nyawa, Alhamdulillah Allah kasih kami kesempatan sampai puncak dan bisa turun dengan selamat.”
Cerro Aconcagua menjadi puncak keempat dari tujuh puncak tertinggi dunia versi pendaki internasional kawakan Reinhold Messner yang telah berhasil dicapai Khansa dan ayahnya. Sebelumnya Khansa sukses mendaki gunung Elbrus di Rusia, Kilimanjaro di Afrika, dan Carstenz di Papua. (dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif