Salah satu pertanyaan mendasarnya, apakah benar dibutuhkan anggaran Rp 16 triliun hanya untuk membangun MRT dengan panjang hanya sekitar 15 kilometer saja? "Evaluasi perlu dilakukan kalau memang MRT tersebut dinilai terlalu mahal," kata Azas Tigor Nainggolan, Ketua Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ), Senin (1/10).
Tigor mengatakan, warga Jakarta memang mendambakan adanya transportasi yang baik dan nyaman. Namun, moda transportasi itu juga harus disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki. "Selama evaluasi itu bertujuan baik, kami mendukung," ujar Tigor.
Hanya saja Tigor berharap pemimpin baru Jakarta tidak tergesa-gesa membuat proyek baru. Misalnya membangun railbus yang belum tentu dapat berjalan dengan baik. Gubernur dan wakilnya sebaiknya menitikberatkan pada perbaikan transportasi massal yang ada daripada membangun yang baru.
"Daripada memulai yang baru, lebih baik menyelesaikan pola transportasi yang sudah direncanakan. Seperti Transjakarta, sebaiknya koridornya dilengkapi hingga 15 koridor, sesuai target," terangnya.
Sebab, lanjut Tigor, membangun yang baru akan butuh kajian lagi dan dana yang besar. Karenanya lebih bijak jika memperbaiki transjakarta dan angkutan umum yang sudah ada, evaluasi trayek, serta meneruskan MRT.
Anggota DPRD DKI Jakarta, Hidayat, mengaku mendukung evaluasi pendanaan MRT. Sebab menurutnya, anggaran tersebut terlalu mahal dan berpotensi pemborosan.
"Siapa tahu setelah dievaluasi pendanaanya bisa lebih murah. Dengan begitu, yang diuntungkan seluruh masyarakat dan keuangan daerah tidak terbebani," tandasnya. (wok)
BACA ARTIKEL LAINNYA... DKI Jakarta Provinsi Terkorup, Foke Bungkam
Redaktur : Tim Redaksi