Pendekar Silat Indonesia Memang Mendominasi, tapi...

Selasa, 28 Agustus 2018 – 12:07 WIB
Pesilat Indonesia Komang Harik Adi Putra melawan pesilat Malaysia Mohd Al Jufferi Jamari dalam babak final Kelas E Putra Asian Games 2018, Senin (27/8). FOTO: MIFTAHULHAYAT/JAWA POS

jpnn.com, JAKARTA - Sebagai tuan rumah Asian Games 2018, Indonesia mendapatkan keuntungan karena boleh mengusulkan cabang olahraga andalan mereka di setiap edisi. Kali ini, Indonesia mengusulkan sejumlah cabor, salah satunya pencak silat, bela diri khas Indonesia.

Total 16 medali yang diperebutkan dari pencak silat dalam Asian Games kali ini, enam di antaranya dari nomor seni. Pada final pertama Senin (27/8), Indonesia mampu menyapu bersih perolehan medali emas. Delapan medali emas dan satu perunggu menjadi milik pendekar silat tanah air.

BACA JUGA: Iwan Fals Bersorak Beri Dukungan pada Atlet Karate Indonesia

Dominasi itu membantu kontingen Indonesia bertengger di peringkat 4 klasemen medali sementara Asian Games 2018. Tetapi kemenangan itu menjadi semu lantaran tidak ada “pemerataan” kekuatan yang terlihat. Khususnya di nomor seni.

Pencak silat merupakan salah satu cabor bela diri dengan unsur subjektifitas yang cukup tinggi. Hendy/Yolla Primadona Jampil yang tampil di nomor seni ganda putra merasakan euforia yang besar. Itu setelah mereka mengumpulkan poin tertinggi, 580 poin.

BACA JUGA: Asian Games 2018 Dongkrak Jumlah Penumpang Transjakarta

Pada saat SEA Games 2017 lalu, mereka merasa dicurangi wasit dalam penjurian. Hasilnya, saat itu, Hendy/Yolla mendulang perak dan emas menjadi milik pasangan Malaysia, Mohd Taqiyuddin/Muhammad Afifi yang kemarin hanya mendapatkan perunggu.

“Ini maksimal yang bisa kami berikan, sekaligus membalas di SEA Games 2017,” urai Hendy. Mereka menyiapkan koreografi baru untuk Asian Games kali ini.

BACA JUGA: Perjalanan Jonatan Christie ke Final Asian Games 2018

“Sudah kami siapkan sejak 2016 lalu, tetapi baru intensif mengasah latihan setelah SEA Games 2017,” lanjutnya.

Namun, sebaran medali di pencak silat memperlihatkan persaingan yang cenderung tidak seimbang. Johanes Edison, anggota Binpres PB IPSI menjelaskan timnya terus menjalin komunikasi agar silat tetap bisa dipertandingkan pada Asian Games 2022 Hangzhou, Tiongkok.

“Tetapi itu tidak mudah, untuk peserta tentu harus lebih dari yang ikut serta di Asian Games kali ini,” terangnya. Selain itu, PB IPSI dan Persilat juga harus menyediakan sumber daya pelatih untuk negara yang secara teknis masih mengembangkan pencak silat.

Terlebih lagi bicara Olimpiade. Butuh proses yang cukup panjang bagi Indonesia dan rumpun Melayu yang menjadi pendiri Persilat untuk memperjuangkan.

Sebab, secara teknis, untuk masuk di Olimpiade pencak silat wajib diikuti minimal 75 negara dari 4 benua (putra), dan lebih dari 40 negara dari tiga benua (putri). (nap)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Final Bulu Tangkis Tunggal Putri Pastikan Ukir Rekor AG


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler