BACA JUGA: Setelah Susu Bermelamin, Kini Tragedi Infeksi
Bahkan pada Selasa (7/10) krisis semakin parah dengan pecahnya kerusuhan di luar gedung parlemen yang mengakibatkan puluhan orang terluka.Huru-hara itu dipicu oleh tindakan polisi yang menembakkan gas air mata untuk membubarkan ribuan demonstran yang mengepung gedung parlemen
Karena aksi represif tersebut, setidaknya 85 orang menderita luka-luka
BACA JUGA: Setelah Susu Bermelamin, Kini Tragedi Infeksi
Puluhan orang mengerang kesakitan karena matanya perih setelah kena semprotan gasBACA JUGA: Fisika Sub-atomik Menangi Nobel
Beberapa demonstran kehilangan anggota tubuhnya, seperti kaki dan tangan, karena tembakan polisiLaporan adanya tembakan senjata itu langsung dibantah oleh pejabat kepolisian setempatPejabat tersebut mengaku hanya menggunakan gas air mata untuk menghalau para pendemo"Saya tidak percaya banyak yang terluka, apalagi ada tembakan," kata Mayjen Viboon Bangthamai, kepala Kepolisian Metro Bangkok.
Demonstrasi tersebut merupakan salah satu upaya Aliansi Rakyat untuk Demokrasi dalam menggulingkan pemerintahan pimpinan Perdana Menteri (PM) Somchai WongsawatSeperti pendahulunya, Samak, Somchai juga dituduh sebagai kepanjangan tangan mantan Perdana Menteri Thaksin ShinawatraSebelumnya, Thaksin dilengserkan oleh junta militer di Negeri Gajah Putih tersebut karena skandal korupsi
Diperlakukan kasar oleh aparat keamanan, pengunjuk rasa berangSelain melempari barisan polisi antihuru-hara dengan batu dan kayu, beberapa pendemo juga membakar kendaraan berpelat negara dan mobil aparat keamanan
Para dokter di Rumah Sakit Vachira, Bangkok, tempat evakuasi korban, tidak percaya bahwa para korban mengalami luka karena gas air mata yang ditembakkan polisi"Melihat tingkat kerusakan anggota tubuh para korban yang luka, pasti ada ledakan besar yang mengenai mereka," ujar dokter Wanchai Charoenchokthavee, kepala tim medis RS.
Pecahnya kerusuhan di luar gedung parlemen memaksa PM Somchai Wongsawat menunda sidang parlemen sekitar 90 menitPartai Demokrat yang beroposisi mengancam memboikot sidang karena keberatan dengan penggunaan kekuatan untuk membubarkan aksi unjuk rasa di luar gedung parlemenNamun, keberatan Partai Demokrat itu diabaikan pimpinan sidang.
Pada pidatonya, Somchai tidak memberikan komentar tentang kerusuhan saat dia membacakan teks kebijakan yang mencakup masalah, mulai dari krisis finansial global sampai pemanasan global dan masalah kesehatan
Pengunjuk rasa sebetulnya menduduki halaman kantor perdana menteri sejak akhir AgustusMereka memasang kawat barikade pada tengah malam untuk menghalangi anggota parlemen memasuki gedungKerusuhan itu memperburuk krisis politik yang melanda Thailand dalam enam minggu terakhir.
Pecahnya kerusuhan yang mengakibatkan jatuhnya korban itu membuat kecewa Deputi Perdana Menteri Thailand Chavalit YongchaiyudhDia langsung mengundurkan diri karena maraknya demonstrasi anti pemerintah.
Dalam surat pengunduran dirinya, Chavalit -satu di antara lima deputi perdana menteri Thailand- mengatakan, tugasnya sebagai negosiator dengan para demonstran telah gagal menjamin dilaksanakannya kesepakatanItu dinyatakan setelah polisi menyemprotkan gas air mata ke arah demonstran yang melukai puluhan orang.(AP/AFP/kim)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kasus Dipindah, Anwar Takut Hakim Bias
Redaktur : Tim Redaksi