Kabid Penanggulangan dan Pencegahan Penyakit Dinkes Palembang, dr Afrimelda mengatakan, pihaknya saat ini terus melakukan sosialisasi ke semua kecamatan dan kelurahan melalui kader-kader jumantik (juru pemantau jentik). Pasalnya, berdasarkan tahun sebelumnya pada bulan Desember dan Januari selalu terjadi peningkatan jumlah penderita DBD.
“Desember ini sudah ada 7 penderita DBD. Kalau Januari tahun ini jumlah penderita cukup tinggi ada 199 orang. Kemudian Februari ada 150 orang. Trendnya akan terus menurun, biasanya sampai Maret dan makin turun jika sudah masuk musim kemarau,” jelas Afrimelda, usai menghadiri pertemuan dengan seluruh pokjanal di ruang Parameswara, Pemkot Palembang, Kamis (13/12).
Tahun ini, lanjut Afrimelda, Kecamatan Ilir Timur II adalah kecamatan yang paling banyak warganya terkena DBD dengan 110 penderita. Kemudian, Kecamatan Sukarami dengan 105 penderita dan Kecamatan Alang-alang Lebar ada 79 penderita.
“Tiga kecamatan ini jadi perhatian juga, karena cukup banyak warganya yang menderita DBD. Namun, dari jumlah tersebut yang meninggal karena DBD hanya 1 orang. Tahun depan kita harapkan tidak ada lagi,” ujarnya.
Sementara untuk angka bebas jentik, tambah Melda, sampai saat ini masih belum mencapai target nasional yakni 95 persen. “Palembang angka bebas jentiknya baru 89 persen. Artinya, dari rumah-rumah yang kita periksa sudah banyak yang bebas jentik nyamuk. Memang belum mencapai target nasional 95 persen, itu juga karena keterbatasan jumlah kader,” bebernya.
Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kota Palembang, dr Hj Gema Asiani Mkes mengatakan, untuk pencegahan DBD, saat ini masih banyak warga yang salah kaprah. Warga masih memanfaatkan fooging (pengasapan) untuk membunuh nyamuk.
“Seharusnya fooging itu pilihan terakhir, karena menggunakan zat kimia. Sebenarnya, 2 jam sesudah fooging itu orang khususnya anak-anak dan ibu hamil dilarang masuk ke rumah yang difooging. Sehingga, zat kimia yang disemprot tidak mengganggu pernapasan,” ungkap Gema.
Menurut Gema, cara yang paling tepat mencegah DBD adalah dengan melakukan 3 M (mengubur, menguras dan menutup) serta ikan tempalo yang dimasukkan ke tempat penampungan air.
“Kalau pakai abate juga bagus, tapi jangan ditebar di tempat penampungan air. Abate dimasukkan dalam kain kassa kemudian diikat dan baru dimasukkan ke tempat penampungan. Sehingga, bubuknya tidak mengganggu kualitas air,” jelasnya.
Dinkes juga telah membagikan 8 ribu ikan tempalo kepada semua kelurahan, khususnya 10 kelurahan yang penderita DBD tertinggi. Diantaranya, Kelurahan AAL, Sukajaya, Bukit Lama, 20 ilir dan Lorok Pakjo.(ika)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Istri Dominan Minta Cerai
Redaktur : Tim Redaksi