Pelatih klub sepakbola Sydney FC, Mizuki Ito, terpisah dari istrinya selama hampir dua tahun sejak sehari setelah pernikahan mereka di Jepang.
Mereka menikah di hari pertama tahun 2021.
BACA JUGA: Peneliti Australia Temukan Bukti Rokok Elektrik Mengandung Pestisida dan Bahan Berbahaya Lain
Pada saat itu, Mizuki telah tinggal di Australia selama empat tahun lebih, melatih klub sepakbola yang baru terbentuk.
Sehari setelah pernikahan, pria berusia 33 tahun itu langsung berangkat ke Australia, berharap istrinya akan segera bergabung setelah merampungkan berbagai urusan di Jepang.
BACA JUGA: Banyak juga Amunisi Pistol Aktif yang Diserahkan Warga ke TNI, Semoga Tak Ada Lagi
Sebelum menikah, pasangan tersebut melakukan perjalanan bolak-balik antara kedua negara setiap beberapa bulan.
Di luar dugaan, virus corona mulai menyebar di Tiongkok dan dalam beberapa bulan masuk ke Australia, menyebabkan perbatasan internasional Australia ditutup.
BACA JUGA: Peneliti Australia Ciptakan Pankreas Berteknologi Kecerdasan Buatan
Mizuki dan istrinya tak pernah lagi bertemu secara langsung sejak saat itu.
"Kami tadinya berharap paling lama satu tahun saja," ujarnya.
"Saat Olimpiade Tokyo 2021, dari lubuk hatiku saya mendukung atlet Australia, tapi bertanya-tanya mengapa saya tak bisa melihat istri dan keluargaku padahal saya sudah vaksinasi penuh?" tambahnya.
Pekan lalu Pemerintah Federal Australia mengumumkan rencana membuka kembali perbatasan Australia mulai bulan November 2021, disambut dengan antusias oleh penduduk tetap dan warga negara Australia.
Namun tidak demikian halnya dengan mereka yang memegang visa sementara di Australia.
Dalam rencana tersebut, jumlah kuota penduduk tetap dan warga negara yang ingin masuk kembali ke Australia tak lagi dibatasi.
Mereka juga tak perlu lagi menjalani karantina hotel yang biayanya lumayan mahal, cukup melakukannya di rumah sendiri.
Tapi bagi penduduk dengan visa sementara seperti Mizuki, yang sebagian besar telah tinggal di Australia selama bertahun-tahun, aturan ini akan tetap menyulitkan mereka untuk melakukan perjalanan internasional.
Meski aturan pembatasan saat ini tidak melarang penduduk dengan visa sementara untuk keluar dari Australia, namun jumlah mereka yang akan bisa pulang kembali ke Australia nantinya akan dibatasi, kecuali jika mereka mendapatkan pengecualian khusus. 'Sangat memicu stres'
Mizuki mengikuti pemberitaan soal pembukaan perbatasan ini dengan antusias. Ia bahkan sudah memesan tiket penerbangan untuk bulan Desember.
Saat itu dia langsung menelepon istrinya. "Saya bilang akhirnya saya bisa kembali ke Jepang, saya sudah beli tiket," ujarnya.
Tapi beberapa hari kemudian, dia mendapatkan kejelasan informasi bahwa hal itu hanya berlaku untuk warga Australia dan penduduk tetap atau PR.
"Mengapa? Saya bukannya mau pergi liburan. Saya bukan pergi ke Eropa atau Amerika Serikat, tapi hanya ingin melihat keluargaku," ujarnya.
Warga Sydney lainnya, Jessica Gorz, berada dalam situasi yang sama.
Dia seharusnya menikah bulan September lalu, tapi malah mendapati dirinya terpisah 14.000 kilometer dari calon suaminya di Kanada.
Jessica dan calon suaminya itu datang ke Australia bersama-sama pada tahun 2017. Mereka memiliki visa liburan kerja (WHV) dan memutuskan untuk tinggal di negara ini.
Akibat pandemi, pasangan Jessica telah kehilangan pekerjaannya dan terpaksa kembali ke Kanada.
Jessica sendiri akhirnya disponsori oleh perusahaan tempat kerjanya untuk tinggal di Australia.
Wanita berusia 29 tahun itu kini memegang jenis visa 'bridging' yang diperoleh sambil menunggu visa PR-nya diproses.
"Saya telah mengajukan pengecualian untuk bisa meninggalkan negara ini dan ditolak berkali-kali," katanya.
"Ini sangat memicu stres, karena saya di sini sendirian," ujarnya.
Begitu mendengar pengumuman pemerintah soal pembukaan perbatasan, Jessica mengaku mendapat banyak pesan dari keluarganya.
"Semua orang menyampaikan jangan khawatir, kita sudah hampir keluar dari hambatan ini. Tapi rasanya ada kendala lain bagi saya," katanya.
"Saya merasa sangat terjebak. Saya sudah divaksinasi penuh, pasanganku juga begitu. Kami melakukan segalanya untuk mematuhi aturan namun tetap tak dapat bertemu satu sama lain," papar Jessica. 'Anakku tak tahu siapa saya'
Dampak larangan perjalanan internasional juga dialami Hafiz Shahid Hussain, yang terpisah dari anaknya yang berada di negara lain.
"Anakku tak tahu siapa saya," kata Hafiz.
"Usianya sekarang hampir dua tahun dan dia tak tahu siapa pria yang dia lihat di layar telepon ini," ujarnya.
Hafiz (34) tiba di Australia pada November 2019 dengan visa pelajar dan beasiswa untuk menyelesaikan PhD bidang geologi di Sydney.
Meski dia melihat "masa depannya" terbentang melalui beasiswa ini, konsekuensinya Hafiz meninggalkan istri dan putranya yang masih bayi berusia sebulan di Pakistan.
Rencananya dia akan bolak-balik ke Pakistan selama menjalani studi PhD. Tapi semua itu berantakan, apalagi setelah ibu, ayah, dan dua sepupunya meninggal dunia setelah tak lama kemudian.
"Ketika orangtua kita meninggal tiba-tiba, hal itu sangat memengaruhi kesehatan mental kita," katanya.
Hafiz telah mengajukan pengecualian agar bisa melakukan perjalanan ke Pakistan namun ditolak berkali-kali.
Dia bisa saja kembali ke Pakistan, meninggalkan studinya di Australia. Namun ini bukan pilihan, karena dia ingin meraih gelar akademisnya, serta harus membayar kembali beasiswanya.
"Saat mendengar berita tentang pembukaan perbatasan, saya tak bisa melukiskan perasaan bahagiaku. Tapi setelah mempelajari lebih jauh dan mengetahui bahwa saya tak masuk dalam daftar, semuanya sirna kembali," kata Hafiz. Menunggu, satu-satunya pilihan
Agen migrasi yang berbasis di Selandia Baru, Miki Lim, menjelaskan dirinya banyak menerima pertanyaan dari penduduk sementara di Australia, seperti Hafiz.
"Saya tidak bisa memproses dan menerima uang dari mereka yang tidak akan disetujui untuk melakukan perjalanan internasional," ujarnya.
Kepada penduduk sementara, Miki Lim hanya bisa menyarankan mereka untuk menunggu sampai perbatasan dibuka.
Ketua Institut Migrasi Australia John Hourigan menjelaskan pengumuman pemerintah telah menimbulkan kebingungan di masyarakat.
"Mereka mendengar bahwa perbatasan akan dibuka kembali, tapi belum ada perincian apa-apa setelah itu," katanya.
Seorang juru bicara Departemen Dalam Negeri yang dihubungi ABC menjelaskan pemegang visa sementara yang berada di luar Australia, tetap memerlukan pengecualian untuk bisa masuk kembali masuk ke Australia.
Kecuali bila mereka termasuk dalam salah satu kategori yang dikecualikan sejak awal, yaitu anggota keluarga dari warga negara atau penduduk tetap, pekerja yang disetujui, atau warga Selandia Baru yang tinggal di Australia.
Juru bicara itu mengatakan informasi lebih lanjut tentang persyaratan masuk bagi penduduk sementara dan warga negara asing akan tersedia saat Australia memulai tahapan pembukaan kembali.
Bagi Mizuki Ito, tiket yang sudah dipesan akan tetap dipegangnya sambil berharap keadaan berubah.
"Begitu banyak pekerja pemegang visa sementara dengan kemampuan khusus. Kami terus berkontribusi untuk Australia selama lockdown panjang dan tidak pasti," katanya.
"Kami bukan hanya bekerja untuk diri sendiri dan keluarga, tapi juga untuk Australia," papar Mizuki Ito.
Diproduksi oleh Farid M. Ibrahim dari artikel ABC News.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Goodbye Lockdown, Australia Mulai Hidup Bersama COVID-19