Penegak Hukum Diminta Usut Klaster Politikus di Kasus Djoko Tjandra

Selasa, 15 September 2020 – 22:33 WIB
Djoko Tjandra digelandang petugas polisi setibanya di Kantor Bareskrim Polri, Jakarta, Kamis (30/7/2020). Ia ditangkap di Malaysia. Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja

jpnn.com, JAKARTA - Koordinator Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI), Boyamin Saiman mendesak Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Polri, dan Kejaksaan Agung mengungkap tuntas keterlibatan eks politikus Partai NasDem Andi Irfan Jaya dalam kasus Djoko Tjandra.

Boyamin pun meminta agar Jaksa Agung Muda Pidana Khusus pada Kejaksaan Agung perlu menelusuri keterlibatan oknum politikus lain di pusaran korupsi itu.

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Analisis Wajah Ganteng Pelaku Penyerang Syekh Ali Jaber, Munarman FPI Ingat Aksi Komunis, Ada Apa di BIN?

“Sepanjang ada buktinya, penyidik harus menelusuri adanya dugaan itu,” kata Boyamin, di Jakarta, Selasa (15/9).

Setidaknya, Boyamin menyarankan penyidik untuk memeriksa oknum anggota dewan tersebut sebagai saksi.

BACA JUGA: Dua Jenderal Polisi Ini Bikin KPK Ogah-Ogahan Ambil Alih Kasus Djoko Tjandra?

Hal ini untuk membuat terang kasus yang menyeret nama Jaksa Pinangki Sirna Malasari tersebut. “Benar, setidaknya diperiksa sebagai saksi,” imbuh dia.

Di kesempatan berbeda, Sekjen Partai NasDem Patrice Rio Capelle menyerukan, Andi Irfan Jaya bukan pemain tunggal.

BACA JUGA: Jaksa Kembalikan Berkas Perkara Surat Palsu dan Suap Djoko Tjandra ke Bareskrim

Dia meyakini ada orang berpengaruh di baliknya. Secara logika, kata Rio, Andi Irfan bukan siapa-siapa, atau dalam kaitan dengan Djoko Tjandra.

“Ini kan ada tiga klaster, polisi, jaksa, dan politikus, saya yakin ini otaknya adalah klaster politisi, jadi KPK harus usut ini klaster politik, yang belum terbongkar adalah siapa atasannya Andi Irfan Jaya,” ujarnya.

Rio menegaskan, semua pertalian Andi Irfan dengan pihak dibelakangnya harus diungkap. Menurutnya, semua fakta belum terbuka, karena Andi Irfan belum diperiksa karena yang bersangkutan diduga terpapar COVID-19.

Dia menduga pihak politikus kuat di belakang Andi Irfan yang mencari dan menghubungi para pihak. Nominal yang terungkap dari kasus ini, yakni USD 100 Juta atau Rp 1,5 triliun, bukan level permainan Andi Irfan.

“Andi Irfan Jaya itu dulu adalah peneliti di Makassar, lalu kenal dengan politisi Nasdem, ditarik jadi Wakil Ketua di Sulsel,” tambahnya. (cuy/jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur & Reporter : Elfany Kurniawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler