jpnn.com, JAKARTA - Divers Clean Action (DCA) mengedukasi masyarakat, khususnya para penyelam, terkait ancaman mikroplastik terhadap lingkungan, aktivitas penyelaman serta dampaknya bagi kesehatan masyarakat.
M. Reza Cordova, peneliti Pusat Riset Oseanografi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memaparkan hasil penelitian lapangan dari program MicroSEAP. Ini merupakan program kolaborasi antara BRIN, DCA dan Burung Indonesia dengan University of Portsmouth UK.
BACA JUGA: 67,8 Juta Ton Timbunan Sampah Ada di Indonesia, Solusinya Apa?
MicroSEAP adalah sebuah program riset kolaborasi untuk mendapatkan data terkait bagaimana mikroplastik memberikan dampak pada perairan, biota laut, serta memberikan rekomendasi terkait kebijakan di Indonesia dalam sudut pandang regional ASEAN.
“Hasil riset Science Advances pada 2021 menemukan saat ini Indonesia menduduki peringkat kelima, dari sebelumnya peringkat kedua, penyumbang sampah ke llutan dunia," kata Reza dalam talkshow berjudul "Sambil Menyelam Minum Sampah?” di pameran Deep and Extreme 2022, Jakarta Convention Center (JCC).
BACA JUGA: Peneliti: Mikroplastik Belum Terbukti Bisa Membahayakan Kesehatan Manusia
Hasil riset Science Advances 2021 memperkirakan, lebih dari 500 ribu ton sampah bocor ke laut setiap tahunnya.
Namun, tingkat mikroplastik yang ditemukan baik di air, sedimen, dan biota laut makin meningkat.
BACA JUGA: Lewat Cara Ini, Kominfo Ajak Masyarakat Selamatkan Laut dari Sampah Plastik
Dia mencontohkan pada sampel kerang hijau di Jakarta, telah meningkat dari 70% mengandung mikroplastik sekarang sudah 100%.
Selain itu, tidak hanya di air, tetapi juga di udara Jakarta, mikroplastik sudah ditemukan.
Dari sudut pandang kesehatan, plastik ternyata memiliki dampak buruk untuk tubuh manusia.
Nutrisionis Dr. Rita Ramayulis, DCN, MKes., mengatakan mikroplastik bisa masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pencernaan dan pernafasan.
Jika mikroplastik sudah masuk ke dalam tubuh,. lanjut Rita, cara menurunkan efek dan risiko seperti menjadi penyebab kanker dan gangguan organ reproduksi, dan atau penyakit lainnya adalah dengan meningkatkan barrier tubuh agar bisa mengeluarkan mikroplastik, yakni meningkatkan kesehatan pencernaan.
Juga meningkatkan fungsi sel-sel imunitas, dan meningkatkan pengeluaran cairan melalui urin dan keringat.
Rita menegaskan aktivitas manusia, termasuk kegiatan pariwisata berpotensi menghasilkan sampah dan bisa berdampak buruk bagi kebersihan dan kelestarian lingkungan dirasakan.
Sementara itu, Marischka Prudence mengatakan influencer bisa mengajak untuk mengurangi dan menanggulangi sampah melalui konten yang menarik.
Namun, aksi bersih-bersih saja memang tidak cukup. Hal ini harus dibarengi dengan dukungan pemerintah melalui kebijakan dan implementasi yang tegas.
Peraturan terkait sampah belum merata dan belum tersosialisasi dengan baik sehingga kampanye tidak bisa maksimal dilakukan untuk mendorong perubahan perilaku baik wisatawan dan penduduk lokal. (esy/jpnn)
Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesyia Muhammad