Peneliti Kupas Budaya Tionghoa di Makassar

Sabtu, 21 Januari 2012 – 07:40 WIB

MAKASSAR - Akar muasal budaya Tiongho di Indonesia akan dikupas tuntas di Makassar dalam sebuah sarasehan budaya yang digelar, 21-22 Januari di Klenteng Xian Ma. Saresehan ini digelar Lembaga Kerja Sama Ekonomi, Sosial dan Budaya Indonesia-China.

Ketua Panitia Saresehan Budaya Tionghoa M Rizal Syam didampingi Sekretaris Panpel, Syaifuddin Bahrun di Gedung Mulo mengungkapkan, saresehan tersebut merupakan rangkaian kegiatan Imlek di Makassar tahun ini.

"Kebudayaan Tionghoa sudah berlangsung lama dan menjadi bagian dari sejarah negeri ini. Tapi kita belum pernah mengupasnya secara akademi. Kita kumpulkan para peniliti untuk saling berbagi informasi," jelas M Rizal Syam.

Saresehan akan menghadirkan pembicara yang juga peneliti budaya Tionghoa di Indonesia antara lain; Myra Sidarta (Peneliti Tionghoa Jakarta), Dr Nunding Ram (Unhas), Dewi Anggraini (Peneliti Kajian sistem Kepercayaan Tionghoa), Dr Woro (Kajian Naskah Jawa-Tionghoa), Dra Erni, Ms (Peneliti Tionghoa Medan), Dr Priyanto Wibowo (Peneliti Tionghoa Tangerang), Dr Suriadi Mappangara (Peneliti Sejarah).

Syaifuddin Bahrun juga menambahkan, melalui saresehan ini diharapkan lahir persepsi yang lebih luas tentang budaya Tionghoa di berbagai daerah di Indonesia. "Kita akan jadikan ini sebagai momen awal sebelum Kongres Kebudayaan tahun 2013 nanti. Selama ini budaya Tionghoa termarjinalkan, dan secara politis belum dianggap di Indonesia," katanya.

Target peserta mencapai 200 orang. Syaifuddin  menuturkan, sengaja memilih Klenteng Xian Masebagai tempat acara agar atmosfer dengan tema yang dibicarakan lebih kena. "Selama ini kita kerap bicara soal kemiskinan, tapi di hotel mewah. Atau membahas kehidupan perdesaan, tapi digelar di kota.Kami mencoba mendekatkan tema dengan apa yang sedang kita bahas," jelasnya.

Sasaran utama dari saresehan agar budaya Tionghoa tidak degradasi di masa datang. Fakta dari hasil penelitian, menyebutkan, banyak komunitas Tionghoa sendiri tidak mengenal dan jauh dari budayanya. Padahal kata Syaifuddin, budaya sebenarnya bisa ikut dalam pembangunan karakter bangsa. (aci)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Terbukti Money Politic, KPU Berhentikan Bupati Butur


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler